Him or Him Part 2
F E R D I
"Seriusan elo harus milih antara Adrian ato James!" Ferdi mencercaku di tengah malam sahabat kita.
L E A H
Apa-apaan sih Ferdi, ini kan malam sahabat. Malam dimana kita berdua curhat sampe mampus. Bukannya Malam Halo-Leah-Seharusnya-Kamu-Udah-Gak-Jomblo-Lagi. Makasih yah Ferdi Sukmo, you've ruined my night.
Apa-apaan sih Ferdi, ini kan malam sahabat. Malam dimana kita berdua curhat sampe mampus. Bukannya Malam Halo-Leah-Seharusnya-Kamu-Udah-Gak-Jomblo-Lagi. Makasih yah Ferdi Sukmo, you've ruined my night.
A D R I A N
Kalau gak gara - gara Ferdi, aku gak bakal deh terpaksa sepedaan hari Minggu. Pagi buta. Bukan gak rela, tapi bangun pagi di hari Minggu tuh hina banget. Mendingan juga molor. Udah 3 kali puteran muterin nih jalan darmo tapi gak ada tanda-tanda Leah bakalan dateng. Payah!
"Adrian? Kamu sepedaan juga? Sendirian aja? Barengan aku aja."
Aku cuma menganga saja. Lalu berkata dengan cool nya, "Eemmm, aku mau muter 1 lap lagi deh. Ntar aku samperin kamu." Dan itu dia senyum maha dahsyat milik Leah. Tiba-tiba aku dipenuhi kebahagiaan. Jadi aku menghabiskan 1 lap dalam 2 menit saja. Luar biasa yah kekuatan cinta itu!
Selama 2 jam berikutnya di Minggu pagi itu, Leah kept wow-ing me. Dia mencuri hatiku. Senyum lebarnya. Cara dia tertawa. Cara dia bercerita tentang harinya. Binar matanya seperti menyimpan berjuta makna. Ekspresif sekali.
"Berapa siih nomer hape kamu?" Aku memberanikan diri bertanya. Leah menyebutkan beberapa nomor. Aku pura-pura mengetiknya. Yang Leah tidak tahu, aku sudah punya nomor teleponnya.
"Adrian? Kamu sepedaan juga? Sendirian aja? Barengan aku aja."
Aku cuma menganga saja. Lalu berkata dengan cool nya, "Eemmm, aku mau muter 1 lap lagi deh. Ntar aku samperin kamu." Dan itu dia senyum maha dahsyat milik Leah. Tiba-tiba aku dipenuhi kebahagiaan. Jadi aku menghabiskan 1 lap dalam 2 menit saja. Luar biasa yah kekuatan cinta itu!
Selama 2 jam berikutnya di Minggu pagi itu, Leah kept wow-ing me. Dia mencuri hatiku. Senyum lebarnya. Cara dia tertawa. Cara dia bercerita tentang harinya. Binar matanya seperti menyimpan berjuta makna. Ekspresif sekali.
"Berapa siih nomer hape kamu?" Aku memberanikan diri bertanya. Leah menyebutkan beberapa nomor. Aku pura-pura mengetiknya. Yang Leah tidak tahu, aku sudah punya nomor teleponnya.
L E A H
"Adrian minta nomer hapeku loh Kak." Pamerku pada Kak Lila. Sepulangku bersepeda pagi di hari Minggu itu. Aku meliriik Kak Lila. Lalu, kami berdua tertawa.
"Taruhan, 5 menit lagi dia bakal sms kamu, dek."
"Taruhan, dia gak berani sms aku. Kalopun sms, paling cepet 2 minggu lagi." Kami berdua tertawa terpingkal - pingkal.
"Taruhan, 5 menit lagi dia bakal sms kamu, dek."
"Taruhan, dia gak berani sms aku. Kalopun sms, paling cepet 2 minggu lagi." Kami berdua tertawa terpingkal - pingkal.
Hingga 3 minggu kemudian. "Eehm, dia sms aku kak setelah 3 minggu. Berarti, Kak Lila musti ngebayarin sepatu Charles & Keith yang aku mau." Dan lagi-lagi kami berdua terpingkal - pingkal.
Adrian boleh jadi pintar dalam pekerjaan, tapi soal perempuan, dia adalah pemain baru. Kalau dalam dunia sepakbola, dia masih masuk dalam team U-20.
Adrian boleh jadi pintar dalam pekerjaan, tapi soal perempuan, dia adalah pemain baru. Kalau dalam dunia sepakbola, dia masih masuk dalam team U-20.
~ (oleh @WangiMS)