Warung Bebas

Saturday, 17 September 2011

Air(LOVE)plane #6

Malaika berbaring gelisah di tempat tidurnya. Berkali-kali diliriknya hape disampingnya, berharap ada pesan masuk. Langit tak juga mengabari kapan dan dimana mereka akan bertemu. Mau menanyakan duluan, Malaika gengsi. Biar bagaimana pun dia cewek dan tidak mau terlalu agresif. Malaika jadi bertanya-tanya apa Langit memang serius ingin bertemu dengannya. Malaika membuka sent item untuk melihat apakah ada kata-katanya yang mungkin menyinggung Langit. Semuanya normal. Ah..gak enak banget ternyata digantung. Malaika jadi teringat cowok-cowok kampus yang sering dia acuhkan. Saking capeknya menunggu balasan sms, Malaika jatuh tertidur.
Langit menimbang-nimbang hapenya, ragu antara mau menelpon atau hanya mengirim sms. Dia ingin sekali mendengar suara Malaika. Ingin sekali bertemu dengannya lagi. Apalagi sekarang dia sedang cuti sementara sehingga tidak ada tugas di penerbangan selanjutnya. Dia ingin menghabiskan waktu dengan Malaika. Dari balasan sms Malaika, Langit bisa menebak kalau gadis itu juga tidak keberatan bertemu dengannya. Berarti bisa diasumsikan bahwa dia belum punya pacar. Langit menggerutu sendiri. Dia tidak pernah segalau ini hanya karena cewek. Tampang diatas rata-rata dengan body proporsional ditambah profesinya sebagai pramugara seharusnya tidak sulit bagi Langit menakhlukan cewek. Tapi Malaika berbeda. Sekali melihatnya, Langit seperti susah berpaling.
Akhirnya Langit memutuskan untuk menelpon Malaika. Beberapa kali nada sambung lalu tut..tut..tut..
Langit mendesah kecewa.

LANGIT
Ah..kenapa tidak diangkat ya? Apa saya terlalu terburu-buru?

Malaika setengah sadar ketika mendengar hape nya berbunyi. Lalu suara deringan berhenti. Malaika pun melanjutkan tidurnya. Di seberang sana Langit menatap hapenya lalu memutuskan untuk tidak menelepon lagi.
"Heh..kebo,bangun cepetan,"tiba-tiba-tiba Dini sudah ada di kamar kos Malaika.
"Hoaaamss..masuk dari mana lu?"Tanya Malaika serak.
"Pintu kamar ga dikunci tauk. Udah malam ni. Makan yuk."
"Ngantuk ah..,"tolak Malaika.
"Bangun Mal..makan kita. Cepetan. Aku udah jauh-jauh datang juga,"omel Dini sambil mengguncang-guncang bahu Malaika. Sambil menggerutu Malaika bangkit dan menuju kamar mandi.
"Eh..kapan ketemuan ama Langit?"Tanya Dini.
"Langit basi,"balas Malaika. Dini mengerutkan keningnya. Perasaan baru tadi siang temannya begitu bersemangat menceritakan Langit. Ada apa ya?
"Ya udah, cari awan aja gih kalau gak ada langit,"ledek Dini. Malaika tidak menyahut dari kamar mandinya. Hanya terdengar suara airnya. Tak lama kemudian Malaika keluar.
"Kenapa sih basi?"Dini masih mencoba mencari tau.
"Sms aku gak dibalas lagi,Din. Padahal dia kan yang ngajak ketemuan,"curhat Malaika.
"Kamu kan tidur, cek sana hape. Mana tau dia telat balas,"ujar Dini. Dini mengangsurkan hape Malaika. Malaika menerima hapenya dengan malas. Tidak mau terlalu berharap.

1missed call
Malaika memencet keypad hapenya. Begitu dilihatnya ada satu panggilan tak terjawab dari Langit,Malaika langsung teriak.
"Diiin..dia miskol tadi!"Teriak Malaika.

MALAIKA
Aarrgh!! Kenapa aku tadi tidur ya? Padahal dia telpon. Dia telpon. Aku pengen dengar suaranya. Pengen ngobrol. Sekarang aku harus gimana ya? Balik telpon atau sms? Dia marah gak ya?

"Telpon balik Mal,"kata Dini.
"Takut,Din. Dikiranya aku gak sopan pasti karena gak angkat telponnya,"ujar Malaika.
"Kalau gitu sms aja. Heran deh, sama-sama mau tapi gengsian banget."
Malaika menggigit-gigit bibirnya. Lalu memutuskan untuk mengirim pesan ke Langit.

So sorry,Langit.
Tadi aku ketiduran. Can I call u back?

Message send.
LANGIT
Thanks God..saya kembali bersemangat ketika membaca sms barusan.



~ (oleh @nuriafazrina)

0 comments em “Air(LOVE)plane #6”

Post a Comment