Warung Bebas

Thursday, 22 September 2011

Annica #11

#11

They say that loving someone makes you blind, really?

- Annica -

Hari-hari yang aku lewati bersama Edrick selalu penuh dengan kenyamanan dan kesantaian. Dia selalu berhasil membuat aku tertawa. Dia selalu memeluk aku ketika aku mulai stress dengan pekerjaan. Dan dia juga selalu memberi aku banyak perhatian.
Everything seems right dan berjalan dengan sangat baik.
"Hon, kalau kamu ajak aku makan malam terus lama-lama aku gendut beneran deh" kataku didalam mobil Edrick dan Edrick hanya menatapku dan kemudian tertawa
"Edrickkk…"
"Iya sayang, maaf. Ngga kok, ngga akan jadi gemuk, yang ada kamu tambah seksi"
"Yaa…kalo jadi gendut ya kamu yang disalahin, kamu ngajakin aku makan terus sih"
Edrick hanya tertawa dan mengecup bibirku pelan. Dan aku hanya tersenyum.
"I love you" bisiknya pelan.
Edrick kembali menatap ke depan sambil menyetir.
Sekarang aku ada di jalan bersamanya, mau ke salah satu tempat makan seafood di pinggiran pantai.
Tempat makannya enak dan suasananya juga sangat romantis dan private.
Setiap ruangan bentuknya hampir mirip dengan bilik-bilik bambu yang membelakangi pantai. Ruangan-ruangan itu sekelilingnya tertutup dengan kayu yang kemudian dilapisi bahan anyaman bambu, hanya bagian atasnya yang terbuka. Pintunya berupa pintu dorong seperti rumah-rumah Jepang dan di belakangnya ada jendela besar yang bisa ditarik keatas jika ingin menikmati pemandangan laut di belakangnya. Dan tempat makannya berupa lesehan.
"Kamu suka makanan apa hon?" tanya Edrick sambil melihat daftar menu di genggamannya, aku hanya melihatnya dari balik bahu Edrick. Kami sudah sampai di tempat makan.
"Aku suka cumi gorengnya hon, enak"
"Iya aku juga"
"Kamu sih memang suka sama cumi goreng hon" celetukku sambil memainkan blakcberryku
"Lho kok tau?" tanya Edrick kaget
"Ya kalo kemana-mana kan kamu pesennya itu melulu" jawabku
"Kamu perhatian ya sayang padahal aku ngga pernah bilang lho" Edrick mengusap kepalaku. Dia duduk menyender di dinding belakangnya dengan tangan yang tetap di punggungku.
Kami sedang menunggu seorang waitress yang berjalan ke arah kami untuk mengambil pesanan kami setelah tadi dipanggil melalui bel yang ada didekat meja.
Setelah waitress itu pergi, Edrick memelukku dari belakang dan menaruh kepalanya di bahu kananku. Tanganku masih memegang telponku sambil membalas bbm dari Randy.
"Siapa sih hon, sibuk banget bbm daritadi?" protes Edrick
"Dari Randy sayang, dia nanyain kabar mama. Daritadi siang dia bbm aku lupa bales. Sibuk banget di kantor" jawabku sambil mengetik
"Udahan dong, nanti lagi balesnya, kan sekarang kamu lagi sibuk sama aku" aku tertawa kecil mendengar ucapan Edrick, suaranya yang setengah manja dan sikapnya yang memelukku hampir mirip seperti anak kecil yang sedang memelas meminta permen dari ibunya.
Aku menaruh blackberryku dan memutar kepalaku menghadap wajah Edrick. Kami hanya saling menatap sesaat tanpa ada satu suarapun yang keluar sebelum bibir kami saling bertemu.
Ciuman itu terasa dalam dan semakin lama semakin dalam. Kini posisi kami sudah berubah, Edrick sudah memutar badannya dan sekarang ada didepanku, sedangkan aku kini sudah duduk menyender di dinding bambu. Edrick memeluk aku erat. Dan aku semakin terbuai.
"Sayang, udah" kataku sambil susah payah melepaskan ciuman Edrick
"Hmm.." Edrick masih berusaha menciumku dan aku berusaha sekuat tenaga tidak menyambutnya. Napasku terengah.
"Hon, nanti ada yang liat" kataku setelah benar-benar sadar dari moment sebelumnya.
Edrick menatapku dan mengecup bibirku sekali, setelah itu dia menarikku ke dalam pelukannya, menempatkan kepalaku di dadanya. Kami sama-sama duduk menyender di dinding kayu itu.
Edrick berusaha mengatur napasnya kembali normal dan aku mendengar degup jantungnya yang berdetak keras tapi semakin lama semakin menurun dan kembali normal. Edrick menarik jendela yang letaknya ada di sampingku keatas dan angin malam pun masuk menerpa wajahku.
Kami menghabiskan makan malam kami dengan lebih banyak diam, sesekali Edrick bercerita tentang pekerjaannya tadi siang dan aku menimpalinya.
Edrick juga bercerita tentang hubungannya dengan Papanya yang tidak berjalan baik sejak dia masuk remaja dan baru kembali baik dua tahun belakangan ini. Papa Edrick ada sakit ginjal sehingga tidak bisa terlalu lelah dan makan sembarangan.
Edrick dan Papanya kembali berhubungan baik sejak terakhir kali Papanya masuk rumah sakit sekitar hampir tiga tahun yang lalu. Dan sejak itu Edrick memutuskan untuk berhenti bekerja dari tempat sebelumnya dan membantu Papanya secara total.
"Wahhh…kenyang hon" kata Edrick sambil mengelus perutnya sepanjang jalan kami ke arah parkiran.
"Jangan jadi buncit ya sayang" kataku sambil ikutan mengusap perutnya. Edrick melirikku dan menarikku semakin dekat ke pelukannya
"Aku kan belum jadi Om-Om sayang, tapi kalo buncit juga kamu masih tetep sayang sama aku"
"Ihh..kamu ge-er dehh"
"Biarin"
Aku dan Edrick berjalan ke arah mobil yang diparkir agak jauh dari tempat kami makan.
Dan saat masuk ke dalam mobil, kami disuguhkan dengan pemandangan lautan dengan lampu-lampu diseberang yang berkelip-kelip membuatnya terlihat sangat bagus didepan kami.
"Bagus ya hon?" kataku sambil memandang ke depan. Edrick menatap ke depan dan tidak jadi menyalakan mobil. Kami sama-sama terdiam dan menikmati pemandangan yang ada didepan kami sekarang.
Edrick menarik pinggangku dan membuat aku benar-benar menempel badannya. Tangan kirinya terus ada di pinggangku dan tangan kanannya kini memelukku dan mengusap lenganku perlahan. Aku menaruh kepalaku di bahunya, Edrick mengecup pelan keningku.
Edrick sedikit beringsut dan mengangkat daguku, bibir kamipun kembali bersatu.
Dimulai dari kecupan pelan dan lembut dari Edrick tapi semakin lama kami semakin hanyut dalam suasana ini, ciuman itu semakin dalam dan tangan Edrick terus mengusap punggungku.
Salah satu tangannya kini mulai membuka sedikit kaosku dan membelai kulit punggungku, tangannya terasa dingin.
Hari ini aku memakai celana pendek dan atasan polo shirt biasa karena aku melihat Edrick juga berpakaian santai dengan hanya mengenakan polo shirt dan celana pendek selututnya.
Tangan Edrick terus semakin naik dan berhenti di kaitan braku, dia masih terus mengusap kulit punggungku dengan perlahan. Ciuman kami pun semakin panas. Dan kami terhanyut dalam suasana.


~ (oleh @luilliciousmey)

0 comments em “Annica #11”

Post a Comment