"kehilangan yang terberat adalah kehilangan seseorang yang tidak pernah kita miliki...."
Aku rasa aku sudah tidak waras lagi saat mengiyakan permintaan Bram.
Tapi aku terlalu lelah berpikir, terlalu lelah untuk berargument dan kubiarkan saja mulutku menucapkan kalimat
"Iya, Aku Mau Bram!!..
Kilas balik petengkarang dengan Bram malam itu.
"Kamu pilih aku atau dia Bram?"
"Hei sayang, jangan main main dengan permintaan kamu. Be wise what you wish for!!"
"Aku gak main main Bram dan tolong stop memanggilku dengan sebutan tolol itu, SAYANG!!"
"Aku gak main main Bram dan tolong stop memanggilku dengan sebutan tolol itu, SAYANG!!"
"Jangan judes gitu Ruth, ini untuk kita"
"KITA??? Pernah ada kita? atau hanya kamu dan egomu dan nafsumu mencumbui dua wanita"
"Ruth, stop sayang.. please. Hatimu terlalu lembut untuk berucap semua itu. aku mohon dengarkan hatimu Ruth"
"Dan aku mohon dengarkan pertanyaanku Bram. Memilih dan Kepastian!"
"............ kamu masih ingat dengan percakapan kita dulu, tentang jodoh dan soulmate.
Ruth for some reason I do believe you are my soulmate my true love dear, stay with me please...!!"
Mata Bram berkaca kaca mengucapkan kalimat tersebut dan ada kesungguhan disana.
" How's your fiancee?"
"Dia jodohku Ruth"
"... Ok Bram, sekarang aku tahu siapa pilihan kamu. TINGGALKAN AKU SEKARANG."
"Ruth, tidak ada yang perlu dipilih sayang,
sudah takdir kita bertiga dalam hubungan ini dan aku tidak akan melewatkan walau hanya sekelebet mata"
"Kamu egois. Lelaki Egois."
"Egois karena cinta dan cinta itu kamu, Ruth Nadya.."
Kubiarkan saja kamu menarikku kedalam pelukanmu, pelan pelan kamu menyenderkan kepalaku dipundakmu.
Pundak yang biasa kusinggahi kalau aku lelah dan masih bau tubuh yang sama saat aku memelukmu.
"Ruth, jangan pergi sayang."
"Terus kamu maunya kita bagaimana?"
"Kamu mau jadi pacarku?"
Setelah sekian lama, baru kali ini Bram memintaku jadi pacarnya secara resmi.
Aneh dengan status dia yang sudah bertunangan.
"Pacar, Pacaran dengan orang yang sudah bertunangan?"
"Cerita cinta banyak versinya Ruth.."
"Bram, aku takut sendiri, aku takut kesepian"
"Iya ada aku sayang, kamu tidak akan sendirian...."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Masih ada sisa sisa kemarahan untuk Bram,tapi kucoba untuk tidak pakai logika karena aku memang sudah gila. Mengiyakan jadi selingkuhan seseorang yang akan menikah 3 bulan lagi. Apa itu namanya kalau bukan gila.? Whatever, saatnya berdiri untuk sesuatu yang dipercayai walau harus sendiri. Bram akan kembali pada Natalia dan Riri tentu tidak akan membelaku. Pada akhirnya aku akan sendiri. Bukankah seseorang memang padaakan sendirian? Kematian? Aku tidak ingin menjemput kesendirianku terlalu cepat, biar kunikmati dulu perasaan yang mematikan ini.
Riri seperti ingin menelanku bulat bulat. Sudah bisa kuprediksi reaksinya mendengar pengakuanku.
"Bajingan juga laki lu itu ya, mainnya kok main belakang. Gak cukup bini satu ya?"
"Ri dia punya nama..."
"Terserah Ruth! Sekarang gue tanya sama lu, apa yang bikin lu merendahkan diri gini mau jadi selingkuhan? Hah?"
"Gue sayang Bram dan gue gak mau sendiri.."
"Hei Nona Ruth Nadya, ada Bernard. Bernard yang jelas jelas masih sayang banged sama Lu.."
"Bernard masa lalu Ri.."
"Selain bodoh lu juga gengsian ya. Gengsi karena udah mutusin Bernard secara sepihak dan sekarang Lu ngemis ngemis biar bisa tetep sama Bram walau hanya SELINGKUHAN"
Riri terkenal dengan tikaman kata katanya, dan sialnya apa yang dia katakan hampir semuanya benar.
Aku terpojok benar benar terpojok dan tidak ada ruang untuk aku mebela diri.
"Ruth, gue gak ngajarin lu soal moral dan agama. Engga.
Gue cuman ngingatin lu soal karma. Siapa tadi nama saingan lu itu, Natalia?? Oh, dia perempuan sama kayak kita. Kalau lu jadi dia gimana?"
"Ri, cukup sudah terlalu sering gue mikirin perasaan orang lain. Lagian Bram kurang bahagia sama tunangan dia tuh"
"bahagia dia bukan tanggung jawab lu!!
Jadi lu berharap 3 bulan ini ada keajaiban mereka bubar dan jadi sama lu, GITU?
jangan ngimpi... Gue kasih tahu ama lu, kalaupun Bram bubaran ama cewenya gak akan dia memilih elu,
GAK AKAN!! Itu akan dia lakukan untuk membela egonya. Percaya ama gue"
"Ri, cukup. Sekarang ini kita berbicara tentang masalah gue, biar gue yang selesaikan"
"Maksud Lu"
"Thank You for asking and caring Ri, I can handle this.."
"Lu bahagia dengan pilihan lu Ri?"
"Iya gue bahagia Ri, as long as Bram with me.."
"So you don't need me anymore Ruth.."
"Ri...."
"Oke FINE, semoga lu bener bener bahagia.."
"Ri...............!!!!"
Aku tahu Riri, dia tidak akan menarik ucapan yang sudah melewati mulutnya.
Benarkan, memilih Bram berarti aku harus sendiri.
Kembali airmataku datang.
BBM dari Bram
"Sayang lagi apa? udah makan?
"Udah, kamu?"
"Lagi nih, kok gak semangat gitu.."
"Aku berantem sama Riri bout us"
"Kamu nyesel?"
"Kamu nyesel?"
"No Bram, sedih aja.."
"Dear, I'm sorry.. abis makan aku ketempat kamu ya.."
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Keadaan yang paling membingungkan itu saat benar benar ingin tapi juga benar benar takut.
Ingin meninggalkan Bram tapi takut kesepian. Kembali pada Bernard? Bukan pilihan.
"Nad lagi apa? Kamu kok gak sama Riri, aku lagi makan nih sama dia di Nagoya sini dong.."
SMS dari Bernard dan aku memilih untuk tidak membalasnya..
Beberapa hari ini terlalu melelahkan. Selain memabukkan, membuat gila cinta itu juga melelahkan.
Bram, tidak kamu ingin merevisi cinta kita ini? Atau kamu memohon pada Tuhan gitu untuk waktu yang lebih lama.
Atau kenapa bukan aku dulu yang kamu kenal pas kamu kecil,kenapa harus Natalia dan juga kenapa kalian harus dijodohkan?
Atau tidak punya kuasa kah kamu untuk menolak perjodohan itu?
Tuhan bisakah kupinjam sebentar buku kehidupanmu?
Untuk kulihat nama siapa yang akan tertulis mendampingi Bram? walaupun aku yakin bukan namaku disana.
Tapi selalu ada harapan kan Tuhan?
Atau memang cinta itu seperti ini, Cinta yang dariMu?
Kenapa KAU mengizinkan kami bertemu, mencintai tapi tidak saling memiliki?
Aku tertidur dengan pertanyaan kenapa kenapa dan kenapa.
Dimimpiku kulihat Bernard yang memandangku dari jauh.
Dia merentangkan tangannya seakan memberi tanda padaku untuk mendekat dan mendekapnya.
Selangkah aku maju tapi Bram mencegatku.. "Ruth kamu milikku...."
Di dunia mimpi pun aku selalu mengiyakan kamu Bram..
Aku kamu si pelaku cinta dan aku benar benar menikmatinya Bram...
To be continued
~ (oleh @fredricanatasi)