Warung Bebas

Wednesday, 21 September 2011

BELLA DAN MORIS

Mencoba meresapi perasaan Bella saat ini.
Cinta seperti apa yang dimiliki Bella untuk Moris.
...

Plak!

"Bel, come on! I love you so much. Please leave him."
Itu adalah suara tamparan tanganku yang mendarat di pipi Bella disertai kata-kata terakhirku kepada Bella sebelum dia berlari kencang dengan derai air mata.
Ya, kami bertengkar hebat.
Sebagai sahabat aku peduli akan hidupnya. Aku benci keadaan ini. Aku sudah bersabar terlalu lama, namun Bella tidak juga memberi keputusan.
"This is my life Yol! Just go away! Leave me alone!"
"Iya, gw tau Bel..tapi lo ngga bisa egois begini. Lihat mami lo, udah stress Bel mikirin anak perempuan dia satu-satunya pacaran sama orang yang ngga akan mungkin dinikahi. Lo egois Bel!"
"Jangan bawa-bawa mami Yol!"
Bella mulai mempercepat langkahnya untuk menghindari aku.

"Tapi ini kenyataan!"
"Gw ngga bisa tinggalin Moris, Yol..."
Suara Bella melemah, ia merapatkan badannya ke tembok, seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Putuskan hubungan lo sama Moris!"
Aku membentak dengan keras.

"Hei! Stop! Jangan urus hidup gw! "
"Gw peduli dengan hidup lo! Putusin Moris sekarang!"
"Nggaaak!"
Kali ini Bella berteriak dengan kencang.
Mata kami beradu. Ada amarah kutemukan di kedua bola matanya.

"Lo urus hidup lo sendiri! Lo cari cowo buat diri lo sendiri! Lo iri kan sama gw? Kenapa? Lo kalah cantik sama gw?"
Kata-kata Bella yang begitu sinis membuat emosi ku tak tertahankan lagi. Darahku seperti mendidih hingga terjadilah peristiwa tamparan itu.
Bella, maafkan aku.
___

Aku bertemu Bella dan Moris di kampus. Kala itu kami sama-sama anak baru.
Bella datang dari Kalimantan, sama seperti aku, anak daerah. Sedangkan Moris asli anak Jakarta.
Lucu sekali kalau mengingat bagaimana kami berkenalan.

Saat itu kuis mata kuliah sejarah. Sudah 1 jam berlalu dan tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Selamat pagi pak. Maaf telat ya pak."
Hmm..siapa anak ini ya? Pikirku..
"Kamu siapa? Kelas ini lagi tes!"
Suara pak Anwar terdengar keras sekali di ruangan.
"Moris pak.." Jawab laki-laki ini santai.
"Ada apa?"
"Mau ujian pak."
"Kamu mau ujian? Ini tinggal 30 menit lagi."
Aku semakin penasaran.. Siapa sih dia ini.. Kalau aku perhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki, bajunya kusut dan sepertinya dia belum mandi..
"Beres pak.. Boleh masuk ngga nih? Saya anak kelas C, cuma saya ogah ikut ujian nanti jam 4. Ikut sekarang aja ya pak?"
Dengan gaya cuek dia seolah menantang pak Anwar.
"Kamu itu macam berandalan! Ok, saya cuma kasih kamu waktu secukupnya, tidak akan ada waktu tambahan! Ingat itu! Cepat masuk!"
"Beres pak.." Jawabnya enteng.
Dia pun segera mencari kursi kosong untuk duduk, dan dia memilih kursi kosong yang ada di antara aku dan Bella saat itu.
"Misi, gw duduk sini ya"
Sebelum kami menjawab, dia langsung duduk, mengeluarkan alat tulis dan mulai mengisi jawaban dari tes Sejarah dari pak Anwar.
Sungguh aneh anak ini.
Walaupun tampangnya kusut dengan baju yang berantakan, tapi bisa dikatakan dia cukup wangi. Tercium aroma parfum di hidungku. Memang sepertinya sudah agak lama disemprotkan, tp wanginya masih tercium samar-samar.
Dia ini juga penuh konsentrasi dalam menjawab lembar tes. Jawaban mengalir dengan cepat dan sempat membuatku bingung, karena aku sendiri sudah 1 jam lebih berlalu masih mengisi tiga dari lima soal. Tes sejarah ini hampir membuatku gila pikirku.

"Oke, 15 menit lagi!"
Suara pak Anwar mengagetkanku.

Apa? 15 menit lagi? Mati aku! Tanpa sadar aku menepuk jidatku sambil mulai berpikir keras.
Tiba-tiba..

"Nih..aku udah, tulis cepet!"
Suara kecil samar-samar itu membuatku mengeryitkan dahi.
Laki-laki ini, dia memberikan aku contekan! Sungguh dilema, tapi apa boleh buat, masih ada dua soal belum terjawab..
Dengan cepat aku mengangguk dan tersenyum sambil mencotek habis isi jawaban dua nomor soal terakhir.

Ya Tuhan..maafin aku ya.. Aku mencontek.
Aku berkata dalam hati.

Di saat aku sedang dengan kecepatan tinggi mencontek, tiba-tiba terdengar kembali suara setengah berbisik..
"Udah, tulis aja.. Nanti nilaimu jelek loh.."
Aku mengangkat kepalaku dan menoleh ke samping kiri. Ya ampun..dia menawarkan contekan pada mahasiswi lain juga!

___

"Aku Yolanda, bisa dipanggil Yola."
"Bella."
"Gw Moris,"
Kami saling berjabat tangan.
"Terima kasih ya Moris. Aku ngga tau deh, kalau ngga ada contekan tadi bisa gak lulus mata kuliah Sejarah sepertinya." ucapku.
"Ngga apa-apa, santai aja lagi. Gw udah ngulang ketiga kalinya kelas ini. Heran deh, ngga lulus-lulus gw!"
"Hah, sudah tiga kali?" Bella terkaget-kaget.
"Yoi.. Jadinya gw udah hapal sama jawaban kuisnya. Pertanyaan nya itu mulu!"
Kami tertawa sambil melanjutkan perkenalan kami di kantin kampus.
"Jadi Bella dari Kalimantan.. Wah jauh juga ya.. Aku dari Solo..tapi sudah empat bulan terakhir ini di Jakarta, ikut tante."
"Iya Yola.. Bantu aku cari kos-kosan yuk.. Aku masih menginap di hotel sekarang dengan mami.. Kalau bisa sih dalam waktu dekat bisa kos saja.. Mahal juga ya biaya hidup di Jakarta.. Hahaa.."
"Kamu tinggal di rumah tante aku aja, hitung-hitung kos juga, tapi kan bareng aku. Dulu waktu baru tiba di Jakarta aku juga tinggal di rumah tante dengan sahabatku Patty. Sayangnya, Patty harus pergi jauh sekarang karena dapat beasiswa ke Jerman."
"O..begitu.. Boleh juga, jadi kita bisa sama-sama ya berangkat kuliah nya."
"Atau mau di rumah gw aja Bel? Ga ada siapa-siapa kok, cuma gw sama bibik.."
Moris menyambar pembicaraan kami dengan lirikan menggoda ke arah Bella.
"Aduh..kamu ya Moris..baru kenal sudah nakal.." Balas Bella.
"Namanya juga usaha.."
Kami pun kembali hanyut dalam tawa dan begitu cepat akrab.
___

Itu adalah kisah aku, Bella dan Moris sepuluh tahun yang lalu.

Berawal dari sebuah persahabatan hingga akhirnya timbul benih cinta di antara Bella dan Moris.
Mungkin bukan hal besar jika itu hanya sebuah kisah cinta yang terbangun dalam persahabatan.
Cinta Bella dan Moris di mulai saat kami di tingkat dua. Cinta yang terbangun dan terpelihara selama delapan tahun sudah. Sebuah jalinan cinta yang penuh dengan senyuman, tawa, liku-liku, air mata hingga menuju pada kematian.





~ (oleh @kakakPur)

0 comments em “BELLA DAN MORIS”

Post a Comment