Aku baru selesai membereskan pakaianku dan melihat ke dalam koper yang penuh. Aku siap untuk berlibur. Sendirian. Tak lama. Hanya seminggu dan itu pun ke Bandung. Gak jauh, kan? Kalau mau ke Raja Ampat sih bisa saja, tapi jauh dan aku malas sendirian ke sana. Kalau disandera sama penduduk asli sana, gimana? *mulai lebay*
Aku mendadak memutuskan untuk berangkat sendiri baru saja kemarin siang setelah makan nasi Padang. Aku merasa harus pergi sejenak. Melupakan rutinitas. Maka aku membeli beberapa nomor baru untuk ponsel Androidku, BB, dan iPad. Alasannya sederhana: aku sedang tak ingin dicari dan kalau ada yang darurat, aku masih tetap bisa berkomunikasi. Ribet ya?
Kubuka kulkas. Hm, masih ada eskrim Mocca setengah liter. Kulirik jam dinding. 11.45. Malam hari. Bagus gak sih? Sebodo ah! Akhirnya kubawa eskrim itu ke kamar dan duduk bersandar pada tempat tidur. Kunyalakan DVD player dan memilih. Horor? Drama? Thriller? Komedi? AKu memutuskan untuk menonton Smurf The Movie.
**
Stasiun Kereta Api Bandung. Aku bergegas menuju hotel. Setelah membereskan koper, aku mandi dan istirahat sejenak. Rebahan sambil mendengarkan iPod. Serasa di surga.
Sore hari aku memutuskan ke kawasan Braga. Sendirian, tentu saja. Bangunan tua yang berderetan, suram, sepi, dan membuatku semakin merasa berat. Tapi aku sedang tak ingin ke mall yang ramai. Akhirnya aku hanya mengambil beberapa foto untuk menyalurkan hobi fotografiku. Setelah selesai, aku kembali ke hotel. Mandi dan nonton TV.
Menjelang tengah malam kucoba cek milis, twitter, facebook, dan surel. Oke, tak ada berita istimewa. Baiklah, kucoba untuk merebahkan tubuhku yang rasanya pegal-pegal ini. Besok pagi, kujadwalkan ke kebun teh di Ciwidey. Atau ke Kawah Putihnya saja ya? Semoga tidak hujan.
**
Aku memutuskan ke Ciwidey dengan nekat. Sudah sering ke sana, tapi selau dengan rombongan, tahunya sampai. Sekarang, tak tahu arah mesti ke mana, tak bisa berbahasa Sunda, dan pikiran masih kosong, kutanyakan pada pegawai di bagian informasi. "Punten ya Teteh, kalau saya mau ke Ciwidey gimana caranya ya?"
Si teteh di front desk menjawab dengan sangat jelas dan panjang. Aku yang nyengir mengiyakan. Sebelum rutenya lenyap dari kepalaku, kutuliskan di BB dan segera pergi mencari sarapan.
Setelah perjuangan tiga jam akibat nyasar *gitu deh*, akhirnya aku sampai di depan pintu masuk Kawah Putih. Aku terpaku sejenak. Ingat Aldo. Kami pernah ke sini. Ketika itu, sebenarnya hendak ke Tangkuban Perahu. Tetapi Aldo malah memutuskan ke Kawah Putih. Kebayang kan jauhnya perjalanan memutar?
Oke, kembali ke diriku sendiri. Apa sebenarnya yang hendak kucari di sini? Mengapa aku merasa begitu penat? Untuk apa aku pergi sendiri? Aku tetap tak menemukan jawabannya. Kusesap bandrek untuk menghangatkan badanku yang menggigil. Salah. Aku hanya memakai T-Shirt tipis dan lupa membawa jaket. Aku merindukan dekapan Aldo. Aku menggigit bibirku.
Jam makan siang. Aku benar-benar tak selera makan. Setelah tadi mengambil beberapa foto pemandangan di kebun teh dan Kawah Putih, kuputuskan makan nasi liwet. Kupaksakan makan atau aku akan masuk angin.
Kembali ke kota. Aku kembali tanpa rencana. Aku duduk di sebuah restoran cepat saji di Dago. Rasanya aku ingin memastikan bahwa aku sedang bermimpi. Tapi membentur meja meyakinkanku tidka dalamkeadaan tertidur. Sakitnya dengkul tidak seberapa ketimbang melihat sepasang kekasih (mungkin) sedang berciuman di meja nomor lima belas. Itu Aldo.
Selera makanku hilang. Aku bergegas kembali ke hotel. Membenamkan kepalaku ke bantal dan menangis sejadi-jadinya. Hingga lelah dan tertidur.
Ketika bangun, sudah jam makan malam. Aku menelepon dan memesan menu khusus hari ini. Kuhabiskan semua. Hingga eskrim setengah liter. Sendirian. Aku merasa konyol dan bodoh.
Well, ini baru hari kedua di Bandung. Masih ada lima hari lagi. Besok mungkin aku akan ke Lembang. Atau ke Cimahi. Atau diam saja di kamar? Kuharap ada seseorang yang bisa menemaniku malam ini. Tetiba aku memikirkan Haris.
Rasanya malam ini akan berlalu dengan berat...
-----------
Special: Seseorang yang pernah menjanjikanku Tour de Paris Van Java. Entah sekarang ada di mana. Semoga kau bahagia.