Warung Bebas

Wednesday, 28 September 2011

Aku Benci Dia #2

Aku benar-benar dijauhi teman-temanku, mereka nggak pernah menghubungiku lagi. Mungkin Vania sudah cerita ke Raya, Ajeng dan Lia. Aku sering sekali melihat timeline twitter mereka yang pergi kemana-kemana, atau hanya sekedar makan siang bareng. bercanda. Terkadang aku ingin menghubungi mereka, tapi aku belum siap sakit hati ditolak mereka.
Sampai pada suatu siang, aku lagi makan siang sama Arya, lalu Ajeng melintas dan dengan langsung saja aku panggil, "Jeng!"
Orang yang aku panggil, hanya menengok sebentar lalu melengos pergi lagi. Aku jadi bingung kenapa. Sampai segitunya yah nggak mau aku sapa. Dan dari situ aku sadar kalau pertemanan aku memang hancur, gara-gara Arya. Siapa lagi, cobak?
"eh kenapa tuh si Ajeng? Gitu banget?" tanya Arya yang juga ikutan bingung.
Aku melirik orang yang ada disebelahku ini seakan nggak percaya. "Serius kamu nggak tau kenapa temen-temenku jadi kaya gitu? Bukan cuman AJeng doang, Ya.."
"emang kenapa?" tanyanya lagi, sambil menyantap siomaynya.
Toge goreng yang ada dihadapanku yang masih tersisa 1/2 piring ini padahal menggiurkan, tetapi aku udah keburu nggak nafsu makan lagi. Mual! ngeliat kelakuan sahabatku, ngedenger kata-kata Arya. "Mereka ngejauhin aku, tau! Gara-gara kamu waku itu nggak ngijinin aku nginep di rumah Ajeng." 
Arya membakar rokoknya, "Ohh.. tuh kan. Berarti mereka emang nggak worthy temenan sama kamu."
Lah? Ingin rasanya aku teriak, YANG NGGAK WORTHY TUH ELO!
Tapi, saat itu aku belum punya keberanian untuk putus dari Arya, dan mungkin sampai kapanpun aku memang nggak akan punya keberanian putus dari Arya.
***
"Ya… nonton yuukk…" ajakku yang sore itu lagi pengen banget nonton Avatar yang sedang digembar-gemborkan.
"gak punya uang. Traktir yah?" pintanya.
Fiuh! Aku tau Arya memang nggak kerja, hidupnya hanya tergantung dari Ibunya. Tapi… ahh sudahlah.
"yaudah.. tapi ntar makan kamu yang bayarin yah?" Aku memberikan kesepakatan.
"Ok!" 
Akhirnya kamipun pergi nonton. Ditengah jalan aku mendapat telepon dari adikku. Dia baru saja kecelakaan, nggak besar sih. Cuman dia harus tanggung jawab karena udah ngebaret mobil orang. Dia harus ke bengkel, bawa mobil ayahku supaya nggak dimarahin plus mengganti orang yang udah dia tabrak. 
Aku keluarkan semua tabunganku. 
Sore itu aku dan Arya akhirnya nggak jadi nonton, akhirnya kami menyusul adikku. Bersama-sama ke Rumah Sakit terdekat lalu ke bengkel ketok magic. Muka adikku sudah pucat, dia ketakutan. 
Kasian dia, baru belajar nyetir mobil. Udah nabrak motor orang, sampai orang itu luka-luka, untung orangnya nggak nuntut ke polisi. Untung dia hanya minta ganti biaya Rumah Sakit dan servis motornya. Kalau sampai ke tangan polisi bisa panjang urusannya.
"Udah, Nda.. nggak usah nangis. Gue ada tabungan kok.. Yang penting lo nggak apa-apa. Terus mobilnya kita masukin bengkel aja. Daripada si Ayah keburu tau dan marah. yuk?" Aku berusaha menenangkan adik perempuanku ini, saudaraku satu-satunya.
AKu menggenggam tangan Arya, akupun butuh tempat bertumpu. "Ya.. masukin bengkel mana yah?"
"kok jadi kamu yang repot sih? suruh aja dia sendiri! atau suruh dia minta anter pacarnya. Mana pacarnya?" Arya malah memakiku.
Hah? Ini orang kesurupan apa yah? -batinku "Nanda ini adikku… yah masa nggak aku tolong? kamu yang bener aja dong?"
"kamu kan tadi udah nolong tuh, udah bayarin biaya rumah sakit orang yang dia tabrak. Biar dia ngerjain sisanya sendiri. jangan disuapin terus."
Ahh! Udah gila kali yah ini orang? Sinting?
Apalagi sekarang? Setelah ngancurin hubungan aku dengan teman-temanku, sekarang mau ngancurin hubungan aku dengan keluargaku?

-- 


~ (oleh @_citz)

0 comments em “Aku Benci Dia #2”

Post a Comment