Warung Bebas

Wednesday, 21 September 2011

'In Reply To' Yang Tak Kunjung Henti #10

"Bian.."

"Randhy.."

Mereka pun bersalaman layaknya dua orang yang benar-benar baru saling kenal saat itu juga. Anggi pun menyusul untuk memperkenalkan diri. Lalu Bian pun mulai bertanya pada Randhy.

"Kok niat banget sih? Dari Jakarta langsung kesini? Kok gak ngasih tau dulu?"

"Ya namanya juga dapet super kode, kan surprise!!!"

...

WHAAATTTT????

Super kode yang dinyatakan Bian hanya sebatas dunia maya sebenarnya, tapi kenapa Randhy harus mengikuti di kehidupan nyata?

Semua percakapan fiksi itu lama kelamaan larut oleh perbincangan mereka di kehidupan nyata. Layaknya teman lama yang sudah tidak pernah bertemu. Akrab. Aneh? Memang.

Bian saat itu sangat merasakan keakrabannya yang hadir tanpa adanya sikap menjaga image satu sama lain. Mungkin karena situasi yang membuat Bian seperti itu, situasi dikejar waktu. Pukul 8 malam kereta akan berangkat, dan saat itu sudah menunjukkan pukul 6 lewat tetapi masih di parkiran Ciwalk yang sangat macet menuju pintu keluar.

Ya, Bian dan Anggi menerima tawaran Randhy untuk mengantarkan mereka pulang. Anggi yang saat itu akan diantar ke Rumah Sakit tempat adiknya berada, dan Bian yang akan diantarkan langsung ke stasiun setelah sebelumnya menuju rumah neneknya di Dipati Ukur untuk mengambil 2 koper yang berisi baju dan buku.
Tidak mungkin juga ajakan itu ditolak mentah-mentah, karena waktu sudah mengejar-mengejar dan Bian terlihat sangat panik.

**

Sesampainya di dekat Rumah Sakit Advent, Anggi pun turun dan tinggal mereka berdua. Tidak hening, justru selalu ada saja topik satu sama lain.

Saking terlalu memperhatikan Randhy menyetir, Bian tidak terlalu menyimak apa yang dibicarakan lelaki tersebut. Ingin rasanya Bian bertanya,

"Ini niat banget sih. Eh eh kok gombalnya keterlaluan banget deh kemarin twitteran gitu. Pasti tiap orang digombalin? Terus kenapa mau nerusin conversationnya itu? Kok ternyata nyimpen juga itu 100+, kok kok kok kok kok kok..........."


BYARRRR!


Lamunan Bian pun buyar seketika karena tersadarkan jangan sampai Bian juga memperlihatkan KODE yang sesungguhnya. Jangan sampai Randhy tahu, bahwa Bian memang menyukai dirinya.

Sesampainya di stasiun, Randhy membantu membawakan 2 koper Bian yang lumayan berat menuju tempat duduk kereta.

"Nih.. Berat ya kopernya.." Ujar Bian sembari mengeluarkan tissue dari tasnya karena melihat Randhy mengeluarkan banyak keringat.

Rasanya masih ingin berlama-lama mengobrol dengan Randhy, tapi situasi dan kondisi saat itu sudah tidak sangat memungkinkan karena bel di stasiun sudah berbunyi dan tandanya kereta akan segera berangkat.

"Aku turun ya.."

Bian pun mengangguk dan mereka bersalaman.

Sedih? Ya.
Senang? Ya.
Bahagia? Pasti.
Jatuh Cinta? Sangat.

Semua perasaan campur aduk menjadi satu, semakin Bian berharap bahwa suatu saat mereka harus dipertemukan lagi bagaimanapun caranya. Entah saat dia bermain ke Jogja, atau saat Bian pulang ke Jakarta tempat orang tuanya.

Pertemuan mereka di dunia nyata bukan berarti terhentinya percakapan fiksi di twitter, karena percakapan tersebut akan terus berlangsung sampai dirasa cukup. Entah yang dimaksud di dalam percakapannya untuk kehidupan nyata atau bukan, Walaupun mereka kini sudah semakin sering berkomunikasi via BBM dan Bian sangat bahagia hingga perjalanan Bandung – Yogyakarta itu pun tidak dipergunakan untuk tidur, tapi untuk melamun dan Bian tidak dapat berhenti tersenyum.

*bersambung..


~ (oleh @biandadeti)

0 comments em “'In Reply To' Yang Tak Kunjung Henti #10”

Post a Comment