Warung Bebas

Wednesday, 12 October 2011

Chemistry: 18 (the End)

How's life? (Epilog part 2 : The End)

L E A H

Perutku  sudah semakin membesar. Membulat. Aku sendiri yakin bahwa  tak bakalan bisa berjalan jauh. Berbalut long coat selutut dan sepatu boot, kuputuskan untuk berjalan menyusuri trotoar kota Hamburg. Musim gugur. Tapi, cuaca sudah tak menentu. Tak baik bagi kandunganku yang telah menginjak bulan kedelapan.

Pagi ini, jalanan lengang. Tak banyak orang melintasi trotoar sepagi ini. Tapi, buatku ini adalah rutinitas pagi hari. Jalan – jalan pagi. Kuarahkan  sepasang kakiku ke arah taman di tengah kota. Setelah membidik sudut taman yang rindang, aku duduk. Mengelus perutku dua kali. Sembari menunggu.

Menunggu dia. Dia yang dulu. Decitan suara rem sepeda. Sosok jangkung mendekatinya.

"Apa kabar, gadis cantik?" Aku mendongak. Tersenyum. "Hey, long time no see."

Dan pelukan rindu sepasang teman lama. Erat.

J A M E S

Aku ada janji temu dengan kawan lama. Terlampau lama tak bertemu dengannya. dan dia masih saja cantik. Memukauku. Beruntunglah Adrian, lelaki, yang menikahinya, dan membuatnya hamil serta berjalan dengan susah payah seperti itu.

Mungkin memang begini takdirnya. Paling tidak aku sempat membuatnya tersenyum bahagia. Meski hanya sekedar menjadi teman.

"Apa kabar, gadis cantik?" Aku mendongak. Tersenyum. "Hey, long time no see."

Kupelak erat Leah. Leah-ku.


~ (oleh @WangiMS)

0 comments em “Chemistry: 18 (the End)”

Post a Comment