Warung Bebas

Thursday, 6 October 2011

Kisah Yang Salah

"Tasya, sebenernya aku lagi deket sama cewek nih"  akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Galang setelah aku terus menanyakan tentang keadaan dia saat ini. Malam ini, Galang kembali menelpon aku lagi untuk kesekian kalinya.
"Wah, bagus dong…terus,gimana ceritanya?" spontan aku merespon pernyataan Galang tentang kedekatannya.
"Ya gitu deh Sya, baru banget ngedeketinnya. Nanti aku bbm-in ke kamu deh fotonya" lanjut Galang.
"Iya..iya…pasti cantik deh. Semoga segera jadi ya" aku senang mendengar berita ini.
"Kok kamu malah seneng sih?" nada suara Galang berubah.
Aku yang tidak menyadari perubahan nada suara Galang, tetap menjawab dengan nada senang "iya dong senang, kan akunya mau nikah terus kamunya bentar lagi mau punya cewek. Jadi nanti kita akan bahagia sama-sama deh."
"Tasya….bahagia aku itu ya sama kamu…." Satu kalimat Galang yang membuat keadaan menjadi hening.
"Galang, kamu kok gitu sih? Kamu kan tahu aku punya Randy dan kami sebentar lagi akan menikah" akhirnya aku membuka suara memecah keheningan ini.
"Seandainya 4 tahun yang lalu kamu bisa lebih sabar nunggu aku, pasti jalan ceritanya ngga kayak gini." Jawaban Galang cukup mengejutkan aku.
Galang kembali mengungkit apa yang aku kira sudah selesai. Galang menyalahkan diriku yang tidak sabar menunggu dirinya yang hilang untuk kembali lagi dan membuka hatiku untuk Randy. Kejadian 4 tahun yang lalu itu ternyata masih dipermasalahkan oleh dia.
Berarti masih ada hal yang belum terselesaikan antara aku dan Galang kalau begini keadaannya. Ini harus diselesaikan sebelum hari pernikahan aku tiba. Aku mengkomunikasikan hal ini kepada Randy. Randy sepakat dengan diriku bahwa aku harus menyelesaikan dan meluruskan keadaan ini. Atas izin Randy aku menemui Galang.
***
Jumat sore di sebuah mall daerah Senayan. Aku yang memilih tempat, aku memilih di sebuah sudut café yang suasanannya kondusif untuk berbicara serius.
"Tasya…." Satu kata yang keluar dari mulut Galang saat bertemu dengan aku. Kemudian Galang menuju diriku yang sudah lebih dulu sampai. Aku berdiri, mengulurkan tanganku. Galang menyambut uluran tanganku dan… mengecup keningku.
"Galang….!!!!" Aku terkejut dengan kecupan itu tapi entah mengapa hatiku merasa ada sesuatu, tampaknya suatu kerinduan.
"Eh iya maaf Tasya…maaf ya..aku lupa. Soalnya biasanya kan kalau ketemu kamu aku kecup kening"
Seharusnya aku marah terhadap apa yang Galang lakukan tapi seperti ada yang menahan aku untuk tidak marah.
Akhirnya aku dan Galang larut dalam obrolan, obrolan yang berbahaya yaitu mengenang kembali apa yang dulu pernah kita berdua lalui. Hal yang sudah aku siapkan untuk aku bicarakan pun menguap begitu saja, aku tidak jadi menyelesaikan hal yang harus aku selesaikan.
Kami menghabiskan waktu hampir 3 jam di café ini dan aku pulang tanpa membawa hasil. Hasil untuk meluruskan hal yang dipermasalahkan oleh Galang. Malamnya kami melanjutkan obrolan di telpon , dan malam-malam selanjutnya pun kita lewati dengan ngobrol di telpon.
***
Hari demi hari, aku dan Galang semakin dekat. Aku sadar bahwa hari pertunangan aku semakin dekat, sahabat-sahabat aku juga sudah mengingatkan agar aku tidak melakukan hal bodoh. Tapi yang ada aku terus berhubungan dengan Galang.
Kedekatan yang membuat kita merasa saling memiliki satu sama lain, kedekatan yang menurut aku sudah tidak wajar namun aku menikmati keadaan ini. Walaupun aku tahu semua yang aku lakukan ini salah. Sampai disuatu obrolan yang mengubah keadaan.
"Kalau aku yang ngelamar kamu duluan gimana Sya" satu kalimat lagi dari Galang yang sangat mengejutkan aku.
"Galang…aneh-aneh deh. Eh, gimana sama cewe yang kamu deketin? Kok ngga ada kabar lagi?" aku coba mengalihkan pembicaraan.
"Udah deh, ngga usaha bahas itu ya Sya, Kayaknya itu cewe ngga mau sama aku." Galang enggan membahas tentang hal tersebut, dia lebih senang membahas dia dan aku.
"Udahlah Galang, ngga usah gitu… akunya udah mau tunangan loh"
"Tapi kan belum nikah…." Galang terus berusaha menggoyangkan keyakinan aku kepada Randy.
Aku yang selama ini terbawa oleh keadaan, aku yang mencoba membuka kesempatan kepada Galang untuk berteman lagi dengan aku tidak bisa terima kalimat Galang tadi, apalagi saat dia mengucapkan "aku bakal terus nunggu kamu ya Sya".
Aku marah karena Galang sudah tidak menghargai aku dan hubungan aku dengan Randy. Aku ngga suka Galang ngomong seperti itu. "Kalau kamu masih belum bisa terima keadaan ini dan belum bisa ngehargain aku dan Randy, kita ngga usah temenan aja ya." Itu kalimat terakhir aku kepada Galang.
Mulai malam itu perlahan aku dan Galang mulai menjauh, dimulai saat aku mengganti foto bbm aku berdua dengan Randy, Galang ikut mengganti dengan foto berdua cewe yang waktu itu enggan dia bahas. Tidak ada lagi bbm atau telpon di malam hari.
Semua berakhir, kedekatan aku dan Galang beberapa waktu kemaren merupakan kisah yang salah. Agak sedikit menyakitkan saat kita dekat berusaha untuk menjadi teman namun ada kesalahan dalam prosesnya dan sekarang harus kembali menjauh. Saat semuanya selesai harusnya aku senang, tenang dan bahagia karena tidak ada lagi krikil penghambat persiapan pernikahan aku. Tapi…ah sudahlah, ini kisah yang salah yang harus diakhir.
To be continue
akhirnya kita ada
di akhir yang menyakitkan
kusadar kita telah melangkah
terlalu dalam...
(Kisah Yang Salah – Glenn Fredly)




~ (oleh @nongdamay)

0 comments em “Kisah Yang Salah”

Post a Comment