Warung Bebas

Sunday, 25 September 2011

#10 Bertemu Puteri Marry

Sebentar lagi aku akan tiba di tempat Puteri Marry. Entah mengapa ada perasaan ragu dan takut ketika aku semakin dekat dengan tujuanku. Apakah Puteri Marry sudi menemuiku? Aku hanyalah orang asing dari Negeri Selatan, pasti akan sangat aneh baginya jika tiba-tiba ada seorang laki-laki yang entah berasal dari mana datang untuk menyatakan cintanya. Sejujurnya, aku pun merasa aneh dengan ini semua, aku hanya melihat sosok Puteri Marry melalui bola kristal dan sekejap saja aku jatuh cinta padanya.
 
"Berapa lama lagi kita akan sampai, Fantasy?"
"Tidak lama lagi, Tuan"
 
Perjalanan kali ini adalah sebuah perjalanan besar dalam hidupku. Aku benar-benar melakukan sebuah petualangan hanya demi menemui seorang puteri yang bahkan aku tidak tahu siapa dia. Aku hanya mengikuti kata hatiku seperti saran dari orang-orang yang kutemui selama perjalanan ini. Semoga ini bukanlah kegilaan belaka.
 
"Fantasy, sebelum kita tiba di tempat Puteri Marry.. aku ingin kita menemui seseorang terlebih dahulu"
"Siapa yang hendak kau temui, Tuan?"
"Evelyn.. aku ingin menyampaikan pesan dari prajurit yang kita temui di lembah naga itu"
"Ah, benar. Prajurit itu menitipkan pesan padamu"
"Ya, karena itu aku harus memenuhi permintaan terakhirnya.. menyampaikan perasaannya pada wanita itu"
 
Baiklah, kali ini aku harus menyampaikan perasaan cinta seorang prajurit kepada wanita yang dicintainya. Setelah itu, baru aku temui Puteri Marry dan menyatakan perasaanku.
 
Tak lama kemudian, aku sampai di desa tempat wanita bernama Evelyn itu tinggal. Aku baru ingat jika prajurit itu berkata bahwa Evelyn sudah menikah.. Hmm, sepertinya akan ada sedikit masalah saat aku menemui Evelyn nanti.
 
Aku pun bertanya-tanya ke penduduk desa mengenai keberadaan Evelyn. Seseorang berkata jika dia tinggal di ujung jalan desa ini, maka aku pun segera menuju tempat Evelyn. Sesampainya di ujung jalan, aku melihat sebuah gubuk kecil, di depannya ada dua orang anak kecil sedang bermain. Ternyata benar saja, ini adalah tempat tinggal Evelyn.
 
"Permisi, apakah di sini ada yang bernama Evelyn?"
"Tunggu sebentar," jawab seorang wanita dari dalam gubuk.
Lalu wanita itu keluar dari dalam gubuknya, dia memakai tongkat untuk berjalan, badannya sangat kurus dan rambutnya memutih.
 
"Apakah di sini ada yang bernama Evelyn, bu?" tanyaku.
"Ya, Tuan. Aku Evelyn"
 
Baiklah, ini tidak seperti yang aku perkirakan.. Yang aku bayangkan, Evelyn adalah seorang gadis cantik yang sangat anggun.
 
"Maksud kedatanganku ke sini adalah untuk menyampaikan pesan dari seorang prajurit"
"Prajurit? Siapa namanya?"
 
Astaga, aku baru ingat jika aku tidak sempat menanyakan nama prajurit itu.
 
"Maaf, aku tidak tahu siapa namanya.. Tapi aku ingat ciri-cirinya, dia berbadan tidak terlalu besar, berkulit coklat dan rambut yang keriting, dia juga memiliki tanda di pipinya"
"Itu, Mario," tiba-tiba wanita itu tampak terkejut.. "Apa yang terjadi padanya?"
"Dia sudah meninggal saat bertarung melawan naga di lembah naga.. Dia kesana untuk mengambil bunga Rose sebagai bukti cintanya padamu"
"Apa? Dia mencintaiku? Tidak mungkin, Tuan"
"Itu benar, dia mencintaimu.. dan aku datang kesini untuk menyampaikan pesan terakhirnya bahwa dia sangat mencintaimu"
 
Evelyn terdiam, dia seolah-olah tidak percaya jika Mario telah meninggal dan yang paling membuatnya terkejut adalah bahwa ternyata Mario mencintainya. Kemudian Evelyn mengajakku masuk ke rumahnya, ia menceritakan padaku tentang Mario. Dari cerita Evelyn aku jadi tahu bahwa sebenarnya Evelyn juga sangat mencintai Mario, hanya saja kondisi fisiknya yang cacat membuat Evelyn merasa malu untuk jatuh cinta pada Mario yang merupakan seorang prajurit gagah berani yang menjadi idaman setiap wanita di desa ini. Benar-benar sangat disayangkan, ternyata mereka berdua adalah orang yang jatuh cinta diam-diam, hingga akhirnya tak satupun dari mereka yang mengetahui jika sebenarnya mereka saling mencintai. Setelah mendengar cerita dari Evelyn, aku pun berpamitan.
 
"Kau hendak kemana, Tuan?" tanya Evelyn
"Aku mau menemui Puteri Marry, aku ingin menyatakan perasaanku"
"Apakah kamu tidak tahu, Tuan? Puteri Marry telah memiliki seorang kekasih dan mereka saling mencintai"
 
Aku benar-benar terkejut mendengar perkataan Evelyn, benarkah puteri yang kucintai itu telah memiliki kekasih? Lalu, apakah semua perjalananku ini sia-sia? Haruskah aku merebut puteri Marry dari kekasihnya?
 
"Benarkah seperti itu, Evelyn?"
"Itu benar, Tuan"
"Hmm.. Aku akan tetap menemui Puteri Marry, karena bagaimanapun juga aku harus menyampaikan perasaanku"
"Sepertinya tekadmu sudah kuat, Tuan. Semoga berhasil"
"Ya."
 
Aku pun melanjutkan perjalananku ke tempat puteri Marry.
 
*
 
Akhirnya setelah semua perjalanan panjang itu, aku sampai di tempat Puteri Marry. Ya, inilah taman bunga yang sering kulihat melalui bola kristalku. Di manakah puteri Marry berada? Mengapa taman bunga ini begitu sepi?
 
Aku pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di taman bunga ini, perjalanan panjang cukup membuat badanku begitu lelah. Udara angin yang sejuk semilir membuatku merasa nyaman, hingga tanpa sadar, aku tertidur di taman bunga. Hingga tiba-tiba ada suara seorang wanita membangunkanku..
 
"Tuan? Tuan Ksatria?" suara wanita membangunkanku.
 
Aku membuka mata dan sangat terkejut.. Puteri Marry berada tepat di hadapanku.
 
"Ah.. iya, maafkan aku" Jawabku dengan gugup
"Maaf untuk apa, Auan?"
"Eng.. Maaf karena aku tertidur di sini"
"Tidak apa-apa, Tuan.. Aku membangunkanmu karena aku takut kamu masuk angin.. Di sini anginnya cukup kencang"
"Ah, terima kasih, Tuan Puteri.... Ngg.. Mmm."
"Marry.. Namaku Marry"
"Ah, iya, Puteri Marry.. Namaku Aira"
"Apakah Tuan Aira sedang dalam perjalanan? Karena jika kuperhatikan, Tuan tidak berasal dari daerah sini"
"I..iya, aku dalam perjalanan"
 
Ingin sekali aku berkata jika aku sedang dalam perjalanan menemuimu, tapi pasti Puteri Marry akan menganggap aku laki-laki aneh jika menjawab seperti itu. Ah, puteri Marry benar-benar sangat memesona, aku curiga jangan-jangan dia juga salah satu buatan Dewa Flora, karena aku rasa Puteri Marry jauh lebih indah dari bunga Rose. Baiklah, mungkin aku berlebihan tapi seandainya Dewa yang menciptakan Puteri Marry, pastilah ia diberi banyak pesona dan kecantikan oleh Aphrodite sang Dewi Kecantikan dan Dyonisus pasti memberi banyak nektar untuk membuatnya menjadi sangat manis.
 
"Tuan? Tuan Ksatria? Mengapa kamu terdiam?"
"Ah, tidak apa-apa, Tuan Puteri.. Aku hanya.. hanya..."
"Hanya apa?"
"Hanya.. Hanya.. Kaget saja"
"Kaget kenapa?"
"Karena akhirnya aku bertemu denganmu"
"Maksudmu?"
"Eng.. Mmm.."
 
Ah sial, aku benar-benar menjadi orang bodoh di depan Puteri Marry. Jika terus begini, apakah aku akan sanggup menyatakan perasaanku? Aku benar-benar tidak yakin. Semoga Tuhan memberikan keberanian padaku kali ini saja.
 
 
"Smile at a stranger. See what happens." -Patti LuPone- 





~ (oleh @wira_panda)

0 comments em “#10 Bertemu Puteri Marry”

Post a Comment