Term baru dimulai, aku memenuhi janji pada diriku untuk pindah kursus. Tidak hanya pindah jam kursus tetapi pindah ke cabang lain. Aku pindah bukan karena aku kalah dalam hal bertahan dengan Galang, tapi aku sayang sama Febrian. Aku mau memulai hidupku tanpa bayang-bayang Galang.
Tidak pernah aku ucapkan kata pamit atau permisahan untuk perpindahan tempat kursusku kepada Galang, Galang pun mencariku hanya melalui Tiwi bukan menanyakan langsung kepadaku. Aku semakin yakin dengan segala keputusan yang aku ambil. Memulai hidup tanpa ada Galang…Galang dan Galang dan menjaga hubunganku dengan Febrian.
***
Beberapa bulan kemudian
Aku dan Febrian duduk di depan komputer dengan perasaan tak menentu, malam ini adalah pengumuman hasil SNMPTN.
" Tasya, coba kamu cek lagi mungkin no ujian kamu terlewat"
" Ngga ada Feb, aku ngga dapet SNMPTN sudah aku cek berulang kali. Selamat ya sayang kamu mendapatkan kampus impian kamu"
Kami berdua memiliki impian bersama yaitu bisa berkuliah di Kampus yang sama. Tapi nyatanya hanya Febrian yang diterima di PTN yang terdapat di Bandung itu sedangkan aku tidak dan akan berkuliah di Jakarta. Febrian hampir saja mengurungkan niatnya untuk berkuliah di PTN itu, dia takut tidak dapat menjalani hubungan jarak jauh dengan aku. Tapi aku berusaha menyakinkannya bahwa hubungan kita akan baik-baik saja.
Sebulan pertama komunikasi kita berjalan lancar tanpa hambatan, bulan-bulan selanjutnya menjadi berat untukku.
"Feb, kamu kok jarang nelp aku sih?"
" Iya sayang, pulsa aku abis. Sabar ya sayang aku sekarang anak kos, aku bakal nabung biar bisa terus nelpon kamu"
Sebenarnya selain komunikasi yang terhambat, rasa kangen ini membuatku memiliki pikiran-pikiran negatif. Aku sering berpikir, bagaimana ya jika suatu hari aku tiba-tiba datang ke Bandung terus aku mergokin Febrian lagi sama cewe lain atau pikiran –pikiran negatif lainnya.
Febrian selalu membuat aku selalu berpikiran positif, "Tasya, kamu jangan mikir yang aneh-aneh dong. Aku di sini bener-bener kuliah , biar cepet selesai dan bisa cepet kembali ke Jakarta."
Febrian selalu berhasil menenangkan aku, dia juga mengenalkan aku kepada teman-temannya " Tasya, kamu sudah kenal semua temen aku kan? Ngga ada yang perlu kamu curigain lagi" jawab Febrian saat rasa cemburu aku kambuh.
Febrian berusaha untuk pulang ke Jakarta setiap bulannya dan tetap menjaga komunikasi dengan menelponku setiap hari. Di setiap akhir telponnya Febrian selalu mengucapkan kalimat ini " Aku sayang kamu, percaya sama aku ya".
"Aku tunggu kamu kembali sayang…." Bisikku sebelum telepon itu ditutup.
To be continue
Aku hanya pergi 'tuk sementara
Bukan 'tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pastikan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembali
(Aku Pasti Kembali- Pasto)
~ (oleh @nongdamay)