Warung Bebas

Tuesday, 20 September 2011

#9 Pondok Mertua Indah

"Len.. sayang..sayang.. kita udah sampai Jombor.. Jogjaaa Len!!" kataku antusias sambil mengguncang pelan badan Nalen agar terbangun dari tidurnya.
"Hmm..Iyaa.." Nalen sedikit kaget saat tersadar dari tidurnya. "Barang-barangnya di chek lagi Nay. Jangan sampai ada yang ketinggalan di bus.", sambung Nalen dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Iya udah aku chek semua ko.. Eh sayang kita di jemput Bapak sama Ibu kan ya?", tanyaku sumringah.
"Enggak hehe.. Aku ga bilang kalau kita mau ke sini. Mau kasih surprise." jawab Nalen sambil nyengir tanpa dosa.
"Yaaa.. Trus kita naik apa donk??Udah belasan jam naik bus jangan bilang kalau kita mau nyambung bus lagi Len.." rengekku mulai manyun.
"Hihihihi.. aku gendong aja ya sampai rumah Bapak mau?", goda Nalen sambil membantuku turun dari bus.
"Aku ga mau naik bus lagi nge-time nya lama Len.." tolakku sebelum di ajak.
"Iya manjaaa.. Kita naik taksi.", ucap Nalen sambil mencubit hidungku saking gemasnya.
***
"Bu.. Ibu.. Assalamualaikum.."  bisik Nalen yang menyembulkan kepalanya kea rah jendela dapur. Nalen yang super usil mengajakku masuk rumah dari pintu belakang, mengendap-ngendap seperti pencuri hihi.. Kemarin di jalan Nalen sempat bilang, 'Besok begitu sampai rumah orang yang pertama aku mau temui itu Sibu abis itu baru bapak.' (Sibu –panggilan untuk ibu dalam bahasa)
"Ya Allah Gusti.. Kamu iniii Jaleswaraa.." sambut suara ibu mertuaku. Wanita yang menurutku cantik untuk seusianya. Ibu langsung merentangkan tangannya untuk memeluk kami. Peluk kerinduan. Nalen memenuhi wajah ibu dengan ciumnya sedang ibu hanya bisa tertawa kegelian tak bias menghindar. Nalen akan bertingkah seperti apapun demi melihat ibu nya selalu bisa tertawa, bahagia.
"Ko ya ga bilang dulu tho' Le kalau mau pulang? Kan Sibu jadi bias nyiapin sarapan masakan kesukaan kamu." Ujar ibu gemas sementara anaknya Cuma cengar-cengir tersenyum puas merasa berhasil member surprise pada ibu nya.
"Bapak mana bu?hehe.." Tanya Nalen sambil berjingkat masuk.
"Tu di sana bapakmu di teras depan sama derkuku nya." Jawab ibu sambil menunjuk arah teras rumah. "Oalah Cah Ayuu.. Capek sayang?!" ujar ibu merangkul pundakku mengajak masuk ke ruang keluarga.
Aku mendengar suara tawa dua orang laki-laki yang semakin mendekat ke arah ruangan tempat aku dan ibu duduk. Nalen dengan Bapaknya, mereka terlihat akrab seperti biasanya.
Perbincangan kami pagi ini berhambur kemana-mana. Mulai dari pekerjaan kami masing-masing, rumah baru kami di Bogor, jerami sampai perihal makhluk bernama Bruno pun kami ceritakan. Biasa Nalen lebay ceritanya pakai nada sedikit jealous, katanya apa-apa Bruno haha dasar Nalen. Teh kental seduhan ibu memang yang paling enak yang pernah aku minum. Jadah tempe kesukaan Nalen jadi pelengkap hangatnya suasana pagi pertama liburanku di Jogja.
"Mbak mu lagi nginep di sini lho Len.. Biasa kalau mas Wisnu lagi di tugas di Semarang, mbak sama keponakanmu lebih seneng tinggal di sini. Kasihan kalau di rumahnya sepi ga ada yang di ajak gantian jagain Nada.", papar ibu.
"Lha sekarang Mbak Layung kemana Bu?" tanya Nalen ke balik pintu kamar kakak perempuannya, Layung Sari namanya.
"Ke warung bubur ayam depan situ, cari sarapan buat Nada." Jawab ibu.
"Bentar lagi kan dateng.. Lha itu suara cerewetnya si Nada udah kedengeran dari pager rumah." timpal Bapak.
"Lhooo tu Nad, Pak Lik mu Nalen dateng.." suara Mbak Layung menurunkan Nada dari gendongannya. (Pak Lik di ambil dari kata Bapak Cilik dalam bahasa Indonesia sering di sebut Paman atau Om.)
"Om Nayeeeeeenn.." suara Nada menyerang Nalen yang langsung lari menyusup ke dalam pelukan Nalen. Balita mungil yang mudah akrab dengan siapa saja ini terlihat senang melihat Pamannya datang.
"Kamu kok sudah besar tho Nduk? Masih suka ngompol pasti.." ledek Nalen sambil menggendong Nada tinggi-tinggi meletakkan Nada di pundaknya.
"Tumben ini ke Jogja ada acara apa Len?" tanya mbak Layung sambil menyuapkan bubur ayam ke bibir mungil Nada.
"Sowan Bapak Sibu lah mbak.. Sekalian mumpung aku belum sibuk proyek-proyek lagi ni besok rencana mau ada kerjaan di Indonesia bagian Timur tapi aku belum tau dimana tepatnya." Jelas Nalen.
"Oh gitu.. Di Jogja nya lama kan? Biar sempet ketemu mas Wisnu dulu. Mas Iparmu pengen banget tu main ke rumah barumu di Bogor. Kerain aku sempet cerita kalau kamu bangun rumah di sana." Kata mbak layung sambil menyalami aku yang duduk di dekat Ibu.
"Ayoo mbak main ke Bogor nanti tak ajak Nada main ke Taman Safari." Ajakku antusias.
"Wah pasti seneng banget si Nada itu.. Wah tapi kapan ya nanti kali ya nunggu bapaknya Nada udah ga repot lagi.", jawab Mbak Layung sambil melambai pada Nada agar segera turun dari gendongan pamannya. "Udah belum Nay?" sambung Mbak Layung sambil meletakkan tangannya di perutku.
Sontak aku melirik Nalen dan Ibu. Pertanyaan yang pasti akan ditanyakan 'Kamu kapan hamil?'
"Belum mbak.. Mau nya ya cepet mbak.." jawabku lirih.
Nalen menghampiriku jongkok di hadapanku menyentuh lembut kedua lututku sambil berkata ke Ibu, "Kita sudah periksa ke Dokter bu hasilnya normal. Aku bagus, Naya juga bagus. Kita memang belum di kasih aja." Lalu Nalen beralih menatapku sambil tersenyum. Senyum yang menguatkan aku selama dua tahun pernikahan kami.
"Iya ga apa-apa kalian kan sudah berusaha sama berdoa. Buat ibu sama bapak yang penting kalian sehat, rumah tangga rukun." Nasehat ibu.
"Iya.. mbak doain ya biar Nada cepet punya temen main. Itu nanti mbak adsa vitamin-vitamin tu bias kamu minum Nay.." kata mbak Layung lembut.
"Ya sudah sana pada mandi-mandi istirahat dulu di kamar ibu biar nyiapin sarapan." Kata Bapak memecahkan kesedihanku. Nalen membantuku membawa masuk barang-barang bawaanku ke dalam kamar.
"Len.." panggilku resah.
"Iyaaa.." jawabnya lalu memelukku dari belakang. "Kenapa kamu capek?" tanya Nalen.
"Iya capek di tanyain kapan hamil kapan hamil.. maaf ya Len harusnya akuu.."
"Mulai deh.. ga suka ah.." potong Nalen merebahkan badannya di kasur. "Yang penting buat aku ada kamu Nay di sampingku. Ada nya anak itu bonus buat aku. Santai aja kamu jangan dibawa stress nanti malah sakit." entah kalimat Nalen ini sudah berapa kali terlontar tapi masih saja aku resah untuk alas an yang sama. "Daripada sedih-sedih mending seneng-seneng. Yuuk mau buat anak??" goda Nalen melihat istrinya manyun.
"Aku mau mandi.." buru-buru aku meraih handuk dan sikat gigiku. Terdengar Nalen tertawa lepas dari kamar.
"Nanti malem ya Nay.." teriak Nalen membuatku malu ternyata ibu mendengarnya sambil menahan tawa.
Aku mandi ya teman-teman. Nanti ku lanjutkan lagi tulisanku.
Kalian jangan mengintip yaa hihihi..
From Yogya with love tertanda : Naya






~ (oleh @ukakuiki)

0 comments em “#9 Pondok Mertua Indah”

Post a Comment