Warung Bebas

Wednesday, 21 September 2011

Kebo dan Anak Presiden #8

Keisya benar-benar menghabisiku. Dia orang pertama yang membuatku tak berkutik saat berhadapan dengannya. Semua jurus yang kudapatkan selalu berhasil dipatahkan olehnya. Dia seperti putri yang berada di menara tertinggi. Cantik, tapi tak bisa diraih. Bahkan kalau pun hampir berhasil diraih, ada saja yang membuatku jatuh lagi.
"Bo, kamu itu terlalu terburu-buru," Dimas mengemukakan pendapatnya. Roby mengangguk-angguk setuju disebelahnya.
"Terlalu sombong lebih tepatnya," gumam Niko. Aku mengacuhkannya. Sudah tabiat Niko berbicara dengan bahasa yang tajam.
"Coba pakai cara yang nggak biasa. Selama ini kamu memperlakukannya seperti cewek lain. Padahal kamu tahu kalo dia itu beda." Kali ini Dimas yang manggut-manggut , setuju dengan perkataan Roby.
"Aku kehabisan ide." Roby memandangku prihatin. Terang saja dia begitu. Sang playboy sekolah akhirnya dipaksa bertekuk lutut dihadapan seorang gadis yang bahkan nyaris bukan siapa-siapa disekolah.
"Kalau nggak tahan ya putus saja," Niko menutup buku yang sedang dibacanya dan kembali ke bangkunya. Lonceng masuk telah berbunyi dan guru bahasa Inggrisku telah datang. Tapi otakku dipenuhi oleh kata-kata Niko tadi. Apa iya aku harus putus saja? Ada sepotong kertas mendarat di mjaku. Segera kubuka dan melihat isinya. Otakku mendadak kosong setelah membaca isinya.
Pikir lagi. Apa benar ko sayang ama dia?




~ (oleh @farahpai)

0 comments em “Kebo dan Anak Presiden #8”

Post a Comment