Warung Bebas

Monday, 19 September 2011

Kebo dan Anak Presiden #7

Hari ini tepat dua bulan kami jadian. Tentu saja sudah ada perkembangan dari hubungan kami. Aku berhasil mendapatkan nomor handphonenya. I know it sounds so stupid. Dua bulan pacaran baru dapat nomor handphone??
Ternyata selama ini Keisya tidak memiliki handphone. Tidak mau, lebih tepatnya. Aku sudah menanyakan kepadanya tentang hal ini. Mau tahu jawabannya?
"Buat apa. Aku kan bisa ketemu kamu tiap hari di sekolah. Kenapa kamu harus nelpon aku setiap malam?". Aku bahkan tak punya jawaban untuk melawan argumennya. Tapi akhirnya setelah proses persuasive yang panjang, dia mengalah dan membeli handphone. Demi aku katanya. Hidungku kembang kempis saat mengetahui hal itu.
Keisya tidak romantis. Dia berbeda dari kebanyakan gadis lainnya. Namun dia selalu tahu bagaimana membuat orang menjadi spesial. Seperti sekarang ini. Dia membeli handphone karena aku yang memintanya. Ditambah lagi, tak ada nama lain selain namaku di phone book-nya. Hanya aku. Jelas saja aku seperti berada di langit ke tujuh.
"Jangan geer kamu. Tentu aja Cuma ada nama kamu disini. Baru kamu yang tahu aku punya handphone," katanya sambil tertawa kecil. Aku melengos. Ini adalah salah satu keahlian Keisya yang lain. Membuat orang yang sedang terbang jatuh ke bumi dengan keras.
**
"Kei, kamu itu ga romantis," gerutuku. Kami sedang berada di kelasnya. Seperti biasa, menunggui Keisya makan. Aku tak mengerti mengapa aku mau melakukan hal ini. Keisya tak pernah minta ditemani. Yang aku tahu, berada di dekatnya membuatku senang. Walaupun harus menungguinya makan setiap hari.
"Oya?" alisnya terangkat mendengar kata-kataku. Dia sama sekali tidak terpengaruh. Dengan santai dia mengeluarkan kotak bekalnya. Aku sedikit heran karena dia mengeluarkan dua kotak makan.
"Keenan, ini punya kamu. Kita makan sama-sama ya," ujarnya disertai senyum lebar innocentnya. Aku melongo. Bekal buatku? Mendadak pipiku merasa panas. Ditambah lagi jantungku yang mendadak berdetak lebih cepat. "Aku cerita sama Mbok Pur soal kamu."
"Siapa Mbok Pur?"
"Yang selalu masak dirumahku. Aku cerita, sekarang aku punya pacar," katanya ceria sambil mulai melahap makanannya. Senyum bego mengembang di wajahku. Ralat. Ternyata Keisya bisa romantis juga. Dia sampai bela-belain bawa bekal untukku.
"Aku kaget karena dibawain bekal sampai dua kotak begini. Kata Mbok Pur kasian kamu kalo Cuma nungguin aku makan. Aku sih sebenarnya nggak mau. Berat sih," sambungnya santai tanpa rasa bersalah. Nasi yang sudah hampir masuk mulutku berhenti di udara. Ralat lagi. Keisya benar-benar nggak bisa romantis!




~ (oleh @farahpai)

0 comments em “Kebo dan Anak Presiden #7”

Post a Comment