Warung Bebas

Monday, 19 September 2011

Tujuh Puluh Kali Tujuh Kali

"Hello beautiful..."
"Well hello, champ!"
That's our favorite nickname for each other.

"Kenapa sih kamu sama aku?"

"Kamu ngingetin aku sama masa mudaku. Years ago," kamu mesem-mesem sendiri. Menyembunyikan pemikiran-pemikiran nakalmu dalam benak. Sialan, jadi aku yang lebih muda sudah pasti lebih bodoh, sering buat kesalahan, kikuk depanmu, atau.....

Mungkin sisi lainnya, dimana spontanitas mengalir di dalam vena. Punya mimpi batasnya null, hanya tepian langit yang membatasi tiap anganku. And you like that. Just like you, I love to work, work and work. And even more since I met you. Kamu seperti generatorku. Mercusuarku, mijn muse, mijn lief.

"Penting gak sih dia di hidup loe? Seberapa sering dia berperan aktif?"

Keningku tidak berkerenyit, jari-jari tak sibuk menghitung, bibir tak sibuk komat kamit. Aku hanya tersenyum dan berkata, "jarang kok...."

Pandangan mereka menusuk, lalu kedua temanku itu tertawa terbahak-bahak.

"Tuh kan, apa juga gw bilang, trus apa dong fungsinya dia? Adrenalin rush? Temen ngedate juga enggak kan? Apalagi curhat, tau banget kamu jarang bisa hubungin atau telpon dia tiap saat."

"Come on, pinter! Biasanya pinter, sekarang kok otakknya napak."

Hahaha sialan, harusnya marah ya. Dengerin omongan temen dan juga sahabat yang udah tau luar dalem begini. Tapi tetep gak bisa tuh.

"Yah...emang enggak. Gw gak pernah bisa nelpon duluan. Hubungin duluan via messanger juga belum tentu quick response. Dia kan sibuk. Terakhir juga...," lanjut aku bercerita tentang dia yang bisa melompat keluar dari mobilku untuk sekedar pindah ke taksi yang menurut hematnya bisa membawanya lebih cepat ke tujuan. Padahal aku sudah menawarkan untuk mengantarnya sampai tujuan, yang berlawanan dengan arah pulangku.

Tapi tidak pernah ada sakit hati, tidak pernah ada amarah yang berarti, hanya ada sedikit rasa jengkel, dan ucapan kilat menyambar neuron otak, "sudah resiko bukan?"

"Tapi sekarang sudah jelas kan, apa yang dia pentingkan bukan kamu. Yang dia pilih untuk jalani bukan sama kamu!"

"Iya, tapi kan aku yang salah..aku.."

"Ah, SPEAK NABI! Beneran deh, pernah denger gak kemampuan kita memaafkan orang/pasangan dipengaruhi betapa besar kita mau bersama dia AFTER THAT. After that mistake that he/she has done."

"Iya..."

#kemudianhening yang sempat menyebar sporadis di twitter sepertinya tepat digunakan sekarang...
....andai hidup bisa sign in and out apabila lagi kepentok urusan begini, atau sekedar non aktif saja...


~ (oleh @mistybusy)

0 comments em “Tujuh Puluh Kali Tujuh Kali”

Post a Comment