Warung Bebas

Thursday, 15 September 2011

Langit Bumi - Nara Lendra : Aku dan Jerami #4

Hey bertemu lagi denganku Nalendra Jaleswara, Suami dari pemilik blog ini, Raina Kalea Nara atau Naya. =)


Sekarang aku mau bercerita cukup banyak tentang 'Jerami'.

Ya, 'Jerami'" mainan" baruku yang telah menempatkan rumahku diposisi kedua dalam prioritas bangunan yang harus kubangun terlebih dahulu. Hehe.

Layaknya orang berkenalan, Pertama aku akan bercerita dari nama terlebih dahulu.

Seperti yang sudah pernah aku ceritakan di postinganku sebelumnya, kata jerami aku ambil karena nama ini sangat merakyat, sangat Indonesia dan terkesan sangat menyuarakan perlawanan, karena kata 'Jerami' pertama yang melekat di benakku berasal dari sebuah lagu berirama perjuangan yang dikemudian hari banyak dinyanyikan dalam berbagai irama, dari punk, skinhead, pop bahkan ada yang di remix kalau tidak salah.

Lagu itu ialah Darah Juang, lagu wajib bagi semua aktivis.

Kedua. 'Jerami' merupakan bentuk konkretku dalam menciptakan lapangan kerja, walaupun saat ini baru ada 8 pekerja yang berhasilku upah sedikit di atas UMR tetapi tidak menutup kemungkinan untuk bertambah.

Ketiga. Ini adalah cita-citaku dari kecil, yaitu pengen punya tempat buat nongkrong-nongkrong, ngobrol-ngobrol rileks tapi murah. Nah, yang terakhir itu yang paling penting. Jadi sudah aku putuskan bahwa 'Jerami' bukan tempat mencari untung yang terlalu besar, jadi harga yang ada disini benar-benar bersahabat. Aku mematokkan makanan dan minuman yang dijual jangan sampai lebih dari 20.000 rupiah. Hehehe.

'Jerami' terinspirasi oleh makanan-makanan yang dijual di angkringan-angkringan Yogyakarta daerah asalku dan tempatku sekolah dulu di UGM. Mungkin bagi yang tidak familiar dengan kata-kata angkringan bisa lebih mengenalnya dengan kata-kata NasiKucing atau HIK (Hidangan Istimewa Kampung), sebutannya di kota Solo. Di 'Jerami' layaknya angkringan ada juga nasi kucing, gorengan, segala macam sate (usus, telor puyuh, kerang, keong sawah), Kopi, Teh, wedang ronde dan ini yang membuat 'Jerami' bukan angkringan, Beer. 'Jerami' menjual beer dan beer yang kami jual pun buatan local, tau kan beer lokal itu merk-nya apa. =)

Khusus untuk kopi, di 'Jerami' hanya menjual kopi hitam dan kopi susu walaupun dengan harga yang beragam dari yang murah hingga ke yang paling mahal, yang paling mahal juga gak sampe 15.000, dan bisa dipastikan kopi disini beda dengan buatan rumah. Untuk teh, karena itu permintaan Naya jadi dia yang mempunyai otoritas penuh untuk menentukan teh yang ada di 'Jerami'. Teh pun beragam jenis, teh hijau, teh mint, teh jahe, teh susu dan banyak lagi, yang jelas semua taste rasa Naya yang menentukan. Begitu juga makanan selain makanan standar angkringan, semua Naya yang memilih.

Untuk menentukan makanan apa yang akan tersaji dalam daftar menu yang ada di 'Jerami' aku dan Naya sempat berbeda pendapat, tidak begitu hebat sih tapi kita berdebat lumayan lama. Hehe.

Aku tetap berisi keras menginginkan 'Jerami' itu ya angkringan, dan makanan yang dijual pun ya makanan khas angkringan gak ada yang lain.

Tapi Naya dengan argumennya bilang.

"Emang yang mau nongkrong-nongkrong disana Cuma kamu?Kamu gak mau ada orang lain yang datang ke 'Jerami' dan ngerasain kesenangan yang kamu buat ini, atmosphere 'Jerami' mau kamu monopoli sendiri? kalo gitu kamu buat aja di halaman belakang rumah gak usah dibuka untuk umum. Ihh kalo aku mah pengen orang datang, ngerasain seneng-seneng disini bareng-bareng sama temen"

Ucap Naya sambil tersenyum.

Aku ingin membantahnya sih, tapi aku akui kali ini Naya benar dan aku kalah. Aku juga heran, tumben banget dia bisa mikir jauh gitu secepat ini. Mungkin karena memang tidak ingin mengambil untung yang besar dari 'Jerami' dan tidak memikirkan segi-segi ekonomisnya, jadi aku tidak kepikir kearah situ. Naya ternyata tidak seperti itu, mungkin karena kaum hawa lebih bisa berpikir kearah ekonomis, jadi itung-itungan kearah sana pun spontan keluar dari mulut Naya. Naya memang tidak beragumen langsung kearah keuntungan, tapi kata-katanya barusan secara tersirat jelas kearah sana. Hehe.

Akhirnya aku mengalah dan menyetujui Naya tetapi dengan syarat, semua makanan Naya yang menetapkan dan menentukan rasa. Dari situ jadilah 'Jerami' bukan hanya miliku tetapi juga milik Naya dan orang banyak yang mau datang kesana. Naya akhirnya menambahkan beberapa menu, seperti nasi goreng, ketoprak, pancake, poffertjies, omellete, kentang goreng, martabak mie. Standar sih, Sepertinya Naya mempertimbangkan anak muda juga untuk datang ke 'Jerami'.

Sementara untuk tempat aku membuat konsep 'Jerami' itu tempat yang terbuka, hanya ada 8 meja dan kursi-kursi dari kayu yang dipayungi juga oleh payung kayu dan satu tempat untuk kasir menyatu dengan semacam bar yang bagian atasnya beratapkan 'Jerami'. 'Jerami' dikelilingi oleh kawat yang dirambati oleh tanaman merambat, toilet kami buat sesimple mungkin, hanya bilik kayu dari luar tetapi tetap tersedia wc duduk didalamnya, dengan bak dari guci cina untuk menampung air.

Begitulah sedikit tentang 'Jerami', suatu manifestasi keinginanku yang dikombinasikan dengan ide dan semangat Naya istri tercintaku. Setidaknya segitu dulu mainanku bila ada rezeki lebih akan ku kembangkan lagi, tapi dengan konsep yang tidak berubah, yaitu MURAH. Hehe.

Oke sekian dulu ceritaku tentang 'Jerami', sekarang sudah sore saatnya aku dan Naya menikmati zona nyaman kami di beranda belakang rumah yang menyajikan pemandangan kebun teh di seluas mata memandang. Kalo ada yang mau datang dan berkunjung ke rumah kami, boleh kok. Hehe. Oke sekian dulu.

Kemana lagi nih si Naya biasanya dia sudah cerewet teriak-teriak memanggilku memberitahukan jatah kopi soreku sudah dibuatkan olehnya.

Nay??

Naya??

Kopiku udah jadi belom sayang??



Sore di Bogor 16 september 2011

-N. Jaleswara-


- oleh : @sthirapradipta (sthira pradipta)


0 comments em “Langit Bumi - Nara Lendra : Aku dan Jerami #4”

Post a Comment