The Butterfly Effect
Perutku suka mules-mules gak jelas gitu kalo ketemu dia.
|Leah|
L e a h
Aku bukan orang yang suka milih - milih makanan. Dari kecil, mama sudah menjelaskan bahwa banyak orang yang gak seberuntung aku. Mereka belum tentu bisa makan seehari sekali kayak aku. Tapi siang ini adalah pengecualian. Makan di kantin kantor adalah sebuah siksaan. Catering provider yang disediakan sama sekali tidak memenuhi standarku. Kusenggol Ferdi yang merencanakan lunch di kantin siang ini.
"Eh bocah, laen kali kalo mau ajak2 makan siang, cari yang tempatnya bonafide dikit napa?"
Ferdi mendongak dari piringnya. "Kenapa Le? Kan enak nih makanannya. Noh, soto ayamnya yahud bener! Loe udah nyobain belum?"
"Kalo nasinya kayak mau jadi bubur, mana enak sotonya?" Aku memberantakkan nasi di piringku. "Udah ah buruan makannya, kagak nafsu."
"Loe mau buang tuh nasi?" Ferdi menunjuk ke arah nampanku. "Kasian, ntar ayam kamu mati loh."
"Masih percaya aja kamu ama mitos begituan? Aku gak miara ayam, tauk! Buruan! Aku beranjak menuju pantry kantin. Ferdi mengekor di belakangku. Terburu-buru. Kurasakan beberapa pasang mata melirikku malu-malu. Kuabaikan.
A d r i a n
Aku memang tak punya banyak pengalaman dengan perempuan. Jangankan punya mantan pacar, punya gebetan juga sudah untung. Kondisi kampusku yang dulu yang isinya laki-laki semua dan ditiadakannya jurusan Teknik bercinta, membuatku berlama - lama betah sendirian. Ah, gak betah juga sih.
Sekian lama aku bekerja disini, aku selalu merasa bahwa kantor ini 'gersang'. Yang dimaksud gersang adalah karena isinya yang penuh dengan engineer laki-laki. Sekalinya ada engineer perempuan, pastilah udah ada monyetnya alias udah ada yang punya. Tapi siang ini, nampak pemandangan berbeda. Aku jarang melihatnya.
Ketika dia melewati bangku yang aku tempati bersama beberapa engineer senior, aku mencium bau parfumnya. Wangi. Eh, bisa jadi juga itu bau shampoonya. Rambutnya melambai tertiup angin yang keluar dari standing AC terdekat.
Seseorang menyenggolku. "Mau dikenalin gak?" Begitu tanyanya. Aku bingung. "Hahh?".
"Iya, mau dikenalin gak ama yang barusan lewat meja kita?" Tanya salah satu engineer senior yang duduk disebelahku. "Kita disini kenal dia kok, mau kenalan?". Aku cuma tersenyum simpul. Mengangguk, menjawab lirih, "Boleh." Seketika itu juga ada perasaan yang aneh di dalam perutku. Aneh. Aku tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Ada kupu-kupu di dalamnya.
~ (oleh @WangiMS)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)