Warung Bebas

Friday, 16 September 2011

Perayaan Pasca Pesta

            Pesta berlangsung meriah. Tanpa terasa, waktu telah menunjukkan pukul tujuh. Tamu-tamu mulai berpamitan pada Paman Alex sambil sekali lagi mengucapkan selamat ulang tahun.

            David menikmati dessert di tangannya sambil sesekali melihat ke arah Paman Alex, dan tentu saja, Florence. Sore ini dia belum berhasil mengucapkan sepatah katapun pada gadis itu. Sedikit membuatnya kecewa.

            David menoleh ke samping. Gloria yang tadinya masih berdiri di sana sudah menghilang entah ke mana. Tidak mungkin dia pulang tanpa pemberitahuan lebih dulu.

            "Mohon perhatiannya sebentar."

            Sebuah suara menarik perhatian David pada panggung. Florence berdiri di sana dengan senyuman manisnya.

            Ternyata suaranya seperti ini lewat microphone, batin David. Sedikit berbeda, tetapi tetap manis.

            "Dengan persetujuan dari Tuan Alexander yang berulang tahun, akan diadakan perayaan pasca pesta. Lokasinya di panti asuhan Greenville. Bagi yang berminat, mohon jangan pulang dulu. Terima kasih."

            Florence menutup pengumumannya dengan senyuman manis, yang membuat David tersenyum-senyum sendiri. Tetapi sebelum Florence turun dari panggung, dia berkedip pada seseorang di antara para tamu. Dan arah pandangannya adalah pada Ethan, laki-laki menyebalkan itu.

            David mendengus. "Dia lagi, dia lagi," gerutunya.

            "Kamu mau ikut?" tanya Kakek Chris tiba-tiba.

            David terkejut. Sejak tadi Kakek Chris sibuk ngobrol dengan teman-temannya, David mengira kakeknya ini sudah lupa kalau dia datang bersama cucunya.

            "Aku rasa aku ikut," jawab David.

            Kakek Chris mengangguk-angguk. David mengantar kakeknya hingga pintu masuk Town Hall. Kedua matanya mengikuti langkah Kakek Chris yang tegap menuju tikungan.

            Tepat saat David membalikkan badannya untuk masuk kembali ke ruangan, sudut matanya menangkap bayangan seseorang yang berdiri di sudut taman depan Town Hall. Orang itu berdiri di samping jendela, melihat ke dalam.

            David mendekat.

            "Gloria?" panggilnya. "Sedang apa kamu di sini?"

            Gloria tersentak dan menggeleng.

            "Kamu nggak perlu pulang cepat, kan? Sekarang baru jam tujuh," kata David.

            Gloria menggeleng lagi.

            "Kalau begitu, temani aku ke perayaan pasca pesta di panti asuhan," ajak David.

            Sebelum Gloria sempat menjawab, suara Florence terdengar dari belakang David.

            "Gloria, ayo. Nanti ada pesta lanjutan lagi di panti asuhan. Tenang saja. Aku sudah menelepon rumahmu. Aku bilang dengan Paman Gordon, kalau nanti kemalaman, kamu bisa tidur di kamarku saja. Lagipula, sudah lama kamu tidak menginap di tempatku. Ada banyak yang ingin ku ceritakan padamu," kata Florence.

            David tertegun. Ternyata gadis ini banyak bicara juga.

            "Aku…" Gloria memelas.

            "Ini bukan permintaan. Kamu harus ikut," kata Florence sambil menarik tangan Gloria dan menyeretnya ke dalam.

            "Oh, ya. David, kamu boleh ikut juga kalau kamu mau," kata Florence sebelum menghilang di balik pintu.

===

            Berderet-deret kursi disusun dengan rapi di aula kecil panti asuhan Greenville. Florence berjalan ke atas panggung, meraih microphone di sudut, dan mulai mengumumkan bahwa malam ini akan diadakan acara pertunjukan spesial oleh anak-anak di panti asuhan yang dipersembahkan untuk Paman Alex.

            Tidak banyak yang hadir dari tamu-tamu di Town Hall tadi. Hanya sekitar dua puluhan orang.

            David duduk di samping Gloria. Dia dipesan Florence untuk mengawal Gloria, jangan sampai dia kabur.

            "Kamu lebih ingin duduk di depan, bukan?" tanya Gloria sambil menunjuk pada kursi kosong di samping kursi Florence.

            David hanya melemparkan senyuman kaku.

            Sejak kapan si Gloria jadi pembaca pikiran orang? batin David.

            Anak-anak panti asuhan Greenville ternyata cukup berbakat. Berbagai macam pertunjukan ditampilkan mereka. Pertunjukan terakhir adalah nyanyian lagu ulang tahun yang dibawakan oleh semua anak-anak diiringi oleh Ethan yang memainkan piano.

            David mendengus kesal. Tampaknya si Ethan ini tahu betul cara menarik perhatian orang.

            "Terima kasih semuanya," kata Florence setelah berdiri dari tempat duduknya. "Dan sebagai ucapan terima kasih bagi yang bersedia untuk menghadiri acara perayaan sederhana ini, kami akan menampilkan pertunjukan tambahan. Ethan dengan pianonya akan mengiringi sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Gloria! Bagus sekali, bukan? Sudah lama kita tidak melihat pertunjukan mereka berdua."

            Para hadirin bersorak.

            Ethan berdiri dari tempat duduknya. Florence melangkah ke samping Gloria dan menarik tangannya.

            Gloria menggeleng dengan wajah memelas. "Jangan, Florence."

            "Tidak apa-apa. Hanya sebuah lagu. Please," pinta Florence.

            Gloria menghembuskan napas dengan wajah pasrah. Dia terus menggeleng untuk menjawab segala bentuk ajakan Florence. Florence yang kehabisan akal akhirnya berusaha menarik Gloria agar dia berdiri.

            "Aku rasa," ucap David. Tangannya berusaha melepaskan genggaman tangan Florence pada pergelangan Gloria. "Kalau Gloria tidak mau, kita sebaiknya jangan memaksakannya."

            Florence menatap David dengan pandangan keras. Yang ditatap juga membalas dengan tatapan yang sama. Tangan kedua orang itu tidak mau lepas dari genggaman masing-masing.

            "Baiklah kalau begitu." Akhirnya Florence memilih untuk mengalah.

            "Terima kasih semuanya atas kehadirannya. Acara pasca pesta berakhir di sini. Mohon pulang dengan hati-hati," kata Florence. Dia langsung membalikkan badannya tanpa melihat David sedikit pun.

            David menarik tangan Gloria dan meninggalkan ruangan.

            "Kamu bodoh," kata Gloria pada perjalanan pulang.

            "Aku tahu," gumam David sambil sedikit menunduk.

            "Kamu baru saja menghancurkan kesan baikmu dalam pandangan Florence," kata Gloria lagi.

            "Aku tahu."

            "Kamu baru saja membuat acara yang seharusnya berjalan meriah menjadi kaku."

            "Aku tahu."

            Gloria menghela napas. "Terima kasih."

            David menatap Gloria. Gadis itu sedang melihatnya dengan senyuman di wajahnya. Senyuman yang sangat tulus.

            "Tenang. Untuk membalas jasamu, akan ku usahakan sebuah kencan dengan Florence," kata Gloria sambil menepuk pundak David dan tersenyum jahil.

            "Kencan?" David mengernyit.


~ (oleh @lid_yang)

0 comments em “Perayaan Pasca Pesta”

Post a Comment