Warung Bebas

Monday, 19 September 2011

Delapan #6

Anggi. Anak kelas 8.2 temennya Dini. Ini Milan kan?
Terkirim: Milan
Yup.
Terima: Milan

Hatiku kesal. Yang namanya Milan ini ternyata sangat sombong. Beda sekali dari kesehariannya yang pernah aku lihat di sekolah, dan yang diceritakan Dini. Tapi aku benar penasaran dengannya. Kuteruskan saja untuk tetap mengirimnya pesan meski percaya hanya akan menerima jawaban singkat. Sampai pada akhirnya aku dan Milan menjadi dua orang teman yang sering saling bertukar pendapat lewat pesan-pesan itu. Di sekolah? Tentu saja aku ataupun dia, masih belum ada yang berani menyapa duluan. Ketika berpapasan-pun, aku sontak menunduk.
Suatu pagi cuaca di luar gelap sebab hujan turun semalaman. Udara menjadi lebih dingin dan menusuk dari biasanya hingga aku harus memakai jaket tebal ke sekolah. Sampai di kelas, aku langsung mengeluarkan sebuah novel yang belum selesai kubaca. Sedang tenggelam dalam kisah yang ada di novel itu, tiba-tiba suara asing menggema dalam kelasku yang setengah kosong. "Hei, ada remot AC ngga? Boleh pinjam?", katanya. Hampir saja aku terjatuh dari kursi yang aku duduki. Posisi dudukku memang sedang tak sempurna saat itu. Aku lihat siapa empu suara. Milan. Pipiku terasa memanas. Tanpa sepatah kata, aku ambil benda yang dimintanya dari dalam laci meja, lalu kuberikan dengan bonus senyum manis dari bibirku. "Pinjam dulu ya. Nanti dikembalikan", katanya lagi juga sambil tersenyum, tak kalah manis.. Aku hanya mengangguk.
Aku teringat pada sebuah kalimat dari majalah yang mengatakan, "My heart is beating like a drum, everytime you call my name". Dan sepertinya kalimat itu berlaku untukku, barusan. Komitmenku seakan pergi, raib entah kemana. Komitmen yang selama ini sudah aku bangun dengan sekeras tenaga dan pikiran yang aku bisa, ternyata pada pagi itu berputar 360 derajat. Komitmen tak ingin jatuh cinta, apa lagi yang pacaran. "Eh, Anggi kan?", tetiba untuk yang kedua kali suara tadi membuatku terkejut. Masih Milan. "Iya, kenapa?", jawabku agak gugup. "Milan", ujarnya padaku. Kali ini ia tak hanya menebar sulas senyum, tapi juga mengajak berjabat tangan. "Anggi. Anggi Syifa Prameswari", aku membalas perkenalan yang padahal kami sudah tau satu sama lain. Yang terjadi tadi berujung pada makin dekatnya kami di pesan, namun tetap tak pernah mengobrol di sekolah. Aku ataupun dia, tak lagi sesama menunduk seperti hari-hari sebelumnya, tapi hanya saling berbalas senyum. Dan aku pikir itu sangat membuatku bersemangat mengerjakan tugas-tugas Kimia dari si Killer of The Classroom, guru tergalak di sekolah. Komitmenku benar aku kubur dahulu sejenak. Aku ingin mengecap cinta. Benarkah bisa mengubah rasa tai kucing menjadi rasa coklat?
***
"Hoi ternyata diam-diam udah smsan panjang lebar sama si Mil Mil! Ngga ceritaaaa!! Aaaa Anggiii!!!"
"Masa sih aku ngga cerita? Sama sekali?"
"Demi apa deh, Nggi. Adanya cuma tanya, 'Din, Milan gimana di kelas? Pintar ngga? Nakal ngga? Pendiam ngga?'. Kirain emang naksir tai ayam doang. Anget-angetan. Ternyata udah dekat di sms heeeeeh!!"
"Demi apa Din, aku ngga pernah cerita sekalipun?"
"DEMI CINTA KALIAAAAAN"
"Dini apa siiiihhhhh!!!!!"
"Damai, Nggi.. Damai.. Sekarang ayo cerita apa kapan siapa dimana kenapa dan bagaimana kronologi cinta anak Jawa dan Padang ini bisa bersatu seperti air dan gula.."
"Cinta cinta nenek moyang lo! Ngga ada cinta Din.."
"Ngga ada, atau belum ada tepatnya mbak Anggi?"
"Belum ada sih"
"HUAHAHAHAHAHA! BELUM ADA NENEK MOYANG LO! DASAR IPEH MAIN TUNGGAL!! Gue yang temen deket ngga dapet kabar, gue yang temen sekelas pemeran pendamping utama juga ngga dapet gosip. Hebat banget ini backstreetnyaaaa"
"DASAR IJAL! Ngga tau apa-apa tuh ngga usah komen wooooi hahahahahahaha"
"Ngga tau apa-apa? Tuh kan ada yang disembunyiin............"
"Yaudah deh Din sini aku jujur dulu sama kamu. Awalnya aku emang ngga ada rasa apa-apa sama Milan. Suer, dan itu AWALNYA.........."
"Awalnya kan?"
"Bentar Ijal sayang.. Ini mau diceritain makanya.. Jadi setelah dekat di sms gitu sama Mil Mil, dianya ternyata nyambung-nyambung aja diajak ngalor ngidul. Sampai seminggu yang lalu kita ketemu di kelasku.."
"Trus? Ngobrol?"
"Cuma sempat kenalan. Oh Diiiiiin.. He's adorable, seriously.."
"Yaiyalah anak cewek sekelas pada naksir Nggi. Kecuali aku lah tentunya"
"Au ah. The point is he's really really charming"



~ (oleh @captaindaa)

0 comments em “Delapan #6”

Post a Comment