Sheyla menghapus air matanya. Ia pun melanjutkan membaca catatan peninggalan Reyhan.
6 Maret 2009
Pagi ini luar biasa, matahari bersinar terik, sepertinya dia sedang senang. Dan dengan senang pula aku segera berangkat ke rumah Sheyla dengan sepeda seperti biasanya. Aku berharap Sheyla tidak telat lagi bangun hari ini. Karena kalau Sheyla telat, sepertinya kami akan ketinggalan pelajaran pertama.
Aku tak jauh lagi dari rumah Sheyla, tinggal beberapa meter. Kuharap Sheyla sudah siap berangkat dan aku tak perlu menunggu.
Yak, akhirnya sampai. "Sheylaaa... Oooo Sheylaaa! Ayoo kita berangkat, udah hampir telat nih", aku memangilnya dari depan halaman rumahnya. Tiba-tiba pintu rumahnya terbuka, tapi ternyata itu mamanya. "Nak Reyhan, tunggu sebentar ya, seperti biasa Sheyla bangunnya telat lagi. Anak itu emang susah dibangunin".
"Ya Tante, nggak apa-apa kok."
"Sheylaaa.. ayooo cepetan, Reyhan udah nungguin nih"
"Iya Maaa, sebentaaaar". Lalu sheyla keluar sambil nyengir, pasang wajah tanpa dosa, membuat aku jadi geleng-geleng kepala.
"Eh malah nyengir, Reyhan udah nungguin tuh dari tadi".
"Iya iya maaf. Mama aja yang cerewet, Reyhan diem aja tuh".
"Kamu itu ya, ada aja jawabnya. ya udah berangkat sana, udah jam berapa ini?"
"Iya, Assalamu'alaikum Ma. Aku berangkat dulu", sheylapun mencium tangan mamanya.
"Wa'alaikum salam. Hati-hati"
"La, sepeda kamu mana?", aku bertanya karena biasanya sheyla bawa sepeda sendiri.
"Rey, hari ini kamu boncengin aku ya? Sepeda aku kempes. ya Rey ya??". Wajah memelasnya membuat aku tak berdaya.
"Kamu tuh ya, udah telat, minta diboncengin lagi", tiba-tiba mamanya nyeletuk sambil geleng-geleng kepala.
"Nggak apa-apa kok Tante", kataku pada mama nya. "Ayo buruan naik udah telat nih". Sheyla pun segera duduk di boncengan sepedaku.
Akupun pamit pada mamanya,"Tante, kami berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum Salam, hati-hati di jalan."
***
Di perjalanan.
"Kamu kok telat terus sih? sesekali bangun pagi kenapa?"
"Susah Rey, pengennya sih nggak bangun bangun... hehe"
"Hush, ngawur kamu, ntar beneran batu tahu"
"Maap, cuma bencanda. Ayo ngebut dong Rey, udah telat nih"
"Ya elah nih anak, kamu mau di timpuk pake wajahnya Christian Sugiono. Udah telat minta ngebut lagi. Mana badan kamu berat lagi. Berapa gentong sih makannya tadi?"
"Enak aja berat, aku udah diet tau, kamu aja kali yang lemes belum sarapan"
"Udah ah berisik, bentar lagi nyampe nih, berdo'a aja mudah-mudahan gerbangnya belum tutup."
Kemudian Sheyla hanya diam. Beberapa menit kemudian kamipun sampai di sekolah. Dan benar saja, gerbangnya sudah ditutup. Tapi masih ada jalan masuk. Di belakang sekolah ada bagian tembok pembatas yang bolong. Disana biasanya anak-anak yang telat atau mau cabut keluar masuk. Sheyla pun mengajakku lewat disana.
"Tuh kan bener gerbangnya udah tutup, kamu sih telat lagi"
"Jangan nyalahin aku dong"
Kamudian kami saling pandang.
"Kita lewat jalan belakang aja gimana?", Sheyla memberi ide.
"Ah ide bagus, tapi aku nitip sepeda dulu di warungnya Mak Siti."
Akhirnya setelah menitipkan sepeda di warung Mak Siti, aku dan Sheyla menuju tembok bolong di belakang sekolah. Dan kamipun berhasil masuk ke lingkungan sekolah.
"Sekarang kita mau kemana nih? Kalau masuk pasti kena marah sama sama Bu Hanif"
"Kita ke taman samping yuk, yang dekat kelas satu. Gue mau ngelukis nih."
"Ntar kelihatan sama Kepsek gimana?"
"Ye elah takut amat sih Rey, ketahuan ya tinggal kabur"
"Ya udah, yuk kesana"
Aku dan Sheyla kemudian pergi menuju taman kecil dekat ruang kelas satu. Sheyla kemudian duduk di rumput dan mengeluarkan sebuah buku gambar kecil dan pensil. Sedangkan aku sibuk memperhatikan beberapa bunga di sana. Sementara kulihat Sheyla mulai sibuk menggambar. "La, mawarnya mekar nih" kataku sambil menuntuk sebuah mawar. Tapi Sheyla masih saja sibuk dengan buku gambarnya.
Aku penasaran, apa yang sedang digambar Sheyla. Aku pun duduk disampingnya melihat gambarnya. Ternyata dia sedang menggambar Hendro. Hendro adalah mantan Sheyla. Hubungan mereka berakhir menyakitkan. Hendro selingkuh dengan sahabat dekat Sheyla. Wajar kalau dia sangat sakit hati. Tapi aku tak mengerti kenapa dia malah menggambarnya.
"Kenapa kamu masih menggambar wajahnya? Bukankah dia sudah...."
Sheyla memotong perkataanku, "Aku tahu Rey, aku tahu...."
Kemudian suasana hening. Aku yang masih tak mengerti hanya memperhatikannya menggambar. Kemudian tiba-tiba dia berkata.
"Aku yakin semua orang bisa berubah, bisa menjadi lebih baik"
"Kok tiba-tiba kamu ngomong gitu, perasaan dulu kamu sakit hati banget gara-gara si Hendro. Jangan-jangan..."
"Semalam dia nelfon aku, dia minta maaf dan janji akan berubah"
"Terus kamu percaya?"
"Aku nggak tahu Rey, aku bingung, entahlah..."
Aku hanya diam, memperhatikannya yang terus menggambar.
"Sesekali gambar aku kek yang dibikin"
"Males ah, wajah kamu absurd, susah ngegambarnya.. hahaha", Sheyla ngeledek aku sambil ketawa.
"hah dasar, ntar jatuh cinta sama orang jelek baru tahu rasa kamu"
"Maap maap, cuma becanda, jangan marah gitu dong, ntar tuh muka makin absurd.. ahahaha", Sheyla makin ngeledek aku.
"Sialaaaaan nih bocah, ingat ya kamu pulangnya sama aku"
"Eh... ngancem nih?"
"Hahahaha...." kamipun tertawa bersama.
Bel pergantian jam pelajaran pun berbunyi. Aku dan Sheyla segera menuju ruang kelas kami dan belajar dengan tenang.
***
Bel pertanda istirahat pun berbunyi. Aku dan Sheyla merapikan buku pelajaran. Tiba-tiba...
"Sheyla....!"
Terdengar seseorang memanggil. Ternyata itu Hendro yang sudah berdiri di pintu kelas. Hendro pun menghampiri aku dan Sheyla.
"La, gue minta waktu loe sebentar boleh. Ada sesuatu yang mau gue omongin."
Sheyla lalu melihat ke arahku. Seolah bertanya 'gimana nih?'. Aku pun hanya mengangkat bahu mengisyaratkan 'terserah kamu'. Dan Sheyla pun mengangguk. Sheyla dan Hendro pun pergi, entah kemana aku juga tak tahu. Mungkin ke kantin. Aku hanya melihat mereka menghilang keluar kelas.
Tapi aku merasa ada yang aneh pada diriku. Ada perasaan entah apa namun sangat mengganjal. Aku hanya merasa tidak suka melihat Sheyla jalan dengan Hendro seperti itu. Dan aku semakin merasa tidak nyaman dengan perasaan ini.
Pelajaran telah dimulai lagi. Dan Sheyla menjadi aneh. Dia tiba-tiba hanya diam. Diamnya aneh, bukan karena dia sedang serius belajar. Tapi entahlah, pulang sekolah nanti akan kutanyakan.
Perjalanan pulang penuh keheningan, karena sepanjang jalan Sheyla cuma diam. Sampai akhirnya aku membuka pembicaraan.
"La, kamu kenapa dari tadi kok diem? Sakit?"
"Nggak ada apa-apa kok Rey, cuma kurang enak badan aja"
"Oh ya udah, mungkin kamu butuh istirahat"
Lalu kemudian Sheyla diam lagi sampai dirumahnya.
AKu tak mengerti. Tak mengerti dengan sikap diam kamu. Dan aku lebih tak mengerti dengan perasaanku sendiri. Ada perasaan aneh. Dan sampai aku menulis catatan ini, semua masih gelap tak terjawab. Dan sepertinya aku harus menutup catatanku malam ini dengan sebuah teka-teki.
Selamat Malam
- (oleh @penuliscemen - http://penuliscemen.com)