Kalau ada yang mendengar suara sore-sore dari beranda, suara yang memekakkan telinga tetangga (kasihan ya tetangga, kalau aku sih sudah biasa hehe..) iyaaa itu suara Nalendra.
"Nayaa Nay.." --biar ku terjemahkan, kalau dari nadanya siy minta secangkir kopi hitam kecintaannya.
"Hehe tau aja.. Makasih yaa..", ucapnya setelah beberapa menit aku datang membawa secangkir kopi hitam.
"Leenn..", aku mulai merengek (lagi). Pasalnya sepulang dari rumah tetangga tadi tiba-tiba aku ingin sesuatu.
"Apa sayang?", tanyanya tidak mengalihkan pandangan dari laptopnya.
"Boleh ya?"
"Apa?" -- 'kebiasaan deh Nalen suka pura-pura lupa' gerutuku dalam hati.
"Yang tadi.. Bruno!!" Pintaku bersemangat.
"No Naya.." Jawab Nalen saklek.
"Aahh kenapa siy ga boleh? Kamu takut rumah berantakan, rumah jadi kotor? Ga usah kita masukin deh bikinin aja kandang di halaman. Ya Len ya?" Bujukku kekeuh.
"No Naya.." Okay 'No Naya' semakin terdengar menyebalkan.
"Leenn.. Kakekku dulu pernah pelihara Leenn, jadi sedikit banyak aku tahu cara melihara anjing.." Belum selesai aku berkata Nalen menatapku sambil menutup laptopnya.
"Bukan itu sayang.. Simple aja yaa alasanku kenapa ga kasih kamu ijin.."
"Apa??" Potongku penasaran.
"Kamu itu bosenan paling suka nya seminggu dua minggu, setelahnya pasti kamu bosen dan ga akan urus.. Unjung-unjungnya aku deehh yg ngurus..", jelasmu membuatku memutar bola mata tanda 'pliss dehh Naleenn..'
"Enggaaaa aku ga kayak gituu.. Aaa..aku mau Bruno Leeenn.. Janji deh aku bakal ngurus.." Rengekku semakin menjadi.
"Hey.." Nalen meletakkan kedua telapak tangannya dipipiku sambil menatapku dalam. "Kamu boleh minta yang lain asal jangan itu deh.. Ya?" Nalen memberi tawaran.
"Ga! Mau Bruno!" Kataku masih keras kepala.
"Hey.." Sambil mencubit-cubit pelan pipiku, Nalen masih menunjukkan sikap sabarnya. "Sayang kita kan bakal sering pergi keluar kota, nanti kasihan malah ga ada yang ngurus. Nyiksa binatang itu dosa lho.."
"Ralat. Siapa yg sering keluar kota? Yang sering keluar kota kan kamu bukan aku.", sergahku.
"Oh jadi sekarang ga mau lagi nemenin suaminya kerja keluar kota??" Nalen berhenti mencubiti pipiku lalu membetulkan posisi duduknya.
"Ya kan nanti rumah gimana kalau ga ada aku?" Kataku mulai kacau, salah mengambil alasan.
"Ya ga gimana-gimana. Rumahnya ga kemana-mana juga ko kalau ga ada kamu." Jawab Nalen menang.
"Aaa aku mau Bruno Naleeeennn.."
"Iiih..kenapa siy kamu jadi pengen banget pelihara anjing gini??" Tanya Nalen penasaran.
"Yaa pengen aja.. Biar ada yang di ajak jalan-jalan tiap pagi.. Bisa di ajak main.. Bisa aku peluk-peluk juga.." Tuturku bersemangat malah disambut tawa Nalen.
"Hahaha kalau jalan-jalan pagi kan bisa sama aku.. Peluk juga enakan meluk aku.." Canda Nalen menanggapi alasan Naya.
"Aaa tapi kan kamu bukan Brunoo Nalen!!"
"Hmmm..iya juga ya?! Yaudah anggep aja deh aku Bruno kalau kamu suka hihi.. *nguuk.." Nalen mengikuti gaya Bruno seharusnya lucu tapi jadi ga lucu kalau diperagakan saat istrinya sedang marah begini.
"Nalendraaa!!! huuh.." Aku bersungut lalu masuk ke dalam. Tentu saja bibirku manyun 5meter, jelek sekali kalau berkaca hehe..
"Auuuwh.." Jeritku dari dalam rumah. Kebiasaanku kalau berjalan suka nabrak-nabrak huhu.. Nalen sudah berdiri di pintu beranda sambil geleng-geleng menahan tawa. Aku melirik kesal lalu menghilang ke dalam kamar.
"Naaayyy.. Makan malam yuukk aku laper niih.." Nalen merayu dari balik pintu kamar.
"Ga mauuu.. Aku mau Bruno!!" Teriakku dari dalam kamar.
*hening*
*suara sound system ruang tv berbunyi nyaring*
*lagu Just the way you are - BRUNO Mars*
'Nalendra bener-bener ga lucu' batinku merengut.
"Heh sayang.." Aku keluar kamar begitu Nalendra menoleh ku lempar dia dengan bantal yang ku bawa. Nalen terkekeh menang biarpun bantal mendarat di wajahnya. Dengan gesit Nalen langsung lari menangkapku. Badan mungilku seperti handuk yg disampirkan di bahunya. Perut ku di pundaknya, kepalaku terbalik, wajahku hanya bisa melihat punggungnya dan jelas saja aku meronta.
"Kamu nyebeliiin.. Turunin aku ga! Turuniiinnn!!" Teriakku memukul-mukul punggung Nalen.
Dengan hati-hati Nalen menurunkanku ke kasur empuk kami. Kedua tanganku dikunci dengan tangannya agar aku tidak melarikan diri, begitu pikirnya.
"Okay, iya nanti kita beli anjing."
"Bener Leenn??" Mataku terbinar langsung bersemangat.
"Iya tapi nanti yaa nunggu.." Tangan Nalen masih mengunci tanganku agar tidak banyak gerak.
"Nunggu apa??" Tanyaku penasaran.
"Nunggu kamu udah ga pengen pelihara anjing lagi heheheeh.."
"NALEEENN!!" Kataku langsung berontak supaya terlepas. Tapi percuma tenagaku hanya sepersepuluh tenaga Nalen.
"Dengerin aku.." Ucap Nalen memandangku sabar masih penuh senyum. "Aku bahkan udah nyuruh kamu nganngep aku ini Bruno. Bruno itu anjing lho sayang hmpf.. Aku harus ngomong apalagi coba biar kamu ngerti? Biar kamu nurut sama suamimu.."
Oke skak mate.. Kalimat terakhir Nalen bikin aku nyerah. Nyerah sambil cemberut.
"Kayak nenek sihir kalau cemberut." Candamu.
"Kamu pelit Len.." Ucapku lirih sambil pasang muka melas.
"Engga yaa.. Aku ga pelit sini aku kasih banyak.." Katamu lalu menciumi pipiku berkali-kali. "Kurang banyak??"
"Tauk ah.." Masih cemberut. "Eh katanya kamu laper??" Tanyaku ingat tadi Nalen mengajak makan malam.
"Iya aku laper. Aku mau makan kamuuuu errr.." Katamu sambil sibuk meraih stop kontak lampu tidur.
*gelap*
*jangan tanya aku kemana*
*aku habis di makan BRUNO*
*good night, my Big Bruno hihi..
"Nayaa Nay.." --biar ku terjemahkan, kalau dari nadanya siy minta secangkir kopi hitam kecintaannya.
"Hehe tau aja.. Makasih yaa..", ucapnya setelah beberapa menit aku datang membawa secangkir kopi hitam.
"Leenn..", aku mulai merengek (lagi). Pasalnya sepulang dari rumah tetangga tadi tiba-tiba aku ingin sesuatu.
"Apa sayang?", tanyanya tidak mengalihkan pandangan dari laptopnya.
"Boleh ya?"
"Apa?" -- 'kebiasaan deh Nalen suka pura-pura lupa' gerutuku dalam hati.
"Yang tadi.. Bruno!!" Pintaku bersemangat.
"No Naya.." Jawab Nalen saklek.
"Aahh kenapa siy ga boleh? Kamu takut rumah berantakan, rumah jadi kotor? Ga usah kita masukin deh bikinin aja kandang di halaman. Ya Len ya?" Bujukku kekeuh.
"No Naya.." Okay 'No Naya' semakin terdengar menyebalkan.
"Leenn.. Kakekku dulu pernah pelihara Leenn, jadi sedikit banyak aku tahu cara melihara anjing.." Belum selesai aku berkata Nalen menatapku sambil menutup laptopnya.
"Bukan itu sayang.. Simple aja yaa alasanku kenapa ga kasih kamu ijin.."
"Apa??" Potongku penasaran.
"Kamu itu bosenan paling suka nya seminggu dua minggu, setelahnya pasti kamu bosen dan ga akan urus.. Unjung-unjungnya aku deehh yg ngurus..", jelasmu membuatku memutar bola mata tanda 'pliss dehh Naleenn..'
"Enggaaaa aku ga kayak gituu.. Aaa..aku mau Bruno Leeenn.. Janji deh aku bakal ngurus.." Rengekku semakin menjadi.
"Hey.." Nalen meletakkan kedua telapak tangannya dipipiku sambil menatapku dalam. "Kamu boleh minta yang lain asal jangan itu deh.. Ya?" Nalen memberi tawaran.
"Ga! Mau Bruno!" Kataku masih keras kepala.
"Hey.." Sambil mencubit-cubit pelan pipiku, Nalen masih menunjukkan sikap sabarnya. "Sayang kita kan bakal sering pergi keluar kota, nanti kasihan malah ga ada yang ngurus. Nyiksa binatang itu dosa lho.."
"Ralat. Siapa yg sering keluar kota? Yang sering keluar kota kan kamu bukan aku.", sergahku.
"Oh jadi sekarang ga mau lagi nemenin suaminya kerja keluar kota??" Nalen berhenti mencubiti pipiku lalu membetulkan posisi duduknya.
"Ya kan nanti rumah gimana kalau ga ada aku?" Kataku mulai kacau, salah mengambil alasan.
"Ya ga gimana-gimana. Rumahnya ga kemana-mana juga ko kalau ga ada kamu." Jawab Nalen menang.
"Aaa aku mau Bruno Naleeeennn.."
"Iiih..kenapa siy kamu jadi pengen banget pelihara anjing gini??" Tanya Nalen penasaran.
"Yaa pengen aja.. Biar ada yang di ajak jalan-jalan tiap pagi.. Bisa di ajak main.. Bisa aku peluk-peluk juga.." Tuturku bersemangat malah disambut tawa Nalen.
"Hahaha kalau jalan-jalan pagi kan bisa sama aku.. Peluk juga enakan meluk aku.." Canda Nalen menanggapi alasan Naya.
"Aaa tapi kan kamu bukan Brunoo Nalen!!"
"Hmmm..iya juga ya?! Yaudah anggep aja deh aku Bruno kalau kamu suka hihi.. *nguuk.." Nalen mengikuti gaya Bruno seharusnya lucu tapi jadi ga lucu kalau diperagakan saat istrinya sedang marah begini.
"Nalendraaa!!! huuh.." Aku bersungut lalu masuk ke dalam. Tentu saja bibirku manyun 5meter, jelek sekali kalau berkaca hehe..
"Auuuwh.." Jeritku dari dalam rumah. Kebiasaanku kalau berjalan suka nabrak-nabrak huhu.. Nalen sudah berdiri di pintu beranda sambil geleng-geleng menahan tawa. Aku melirik kesal lalu menghilang ke dalam kamar.
"Naaayyy.. Makan malam yuukk aku laper niih.." Nalen merayu dari balik pintu kamar.
"Ga mauuu.. Aku mau Bruno!!" Teriakku dari dalam kamar.
*hening*
*suara sound system ruang tv berbunyi nyaring*
*lagu Just the way you are - BRUNO Mars*
'Nalendra bener-bener ga lucu' batinku merengut.
"Heh sayang.." Aku keluar kamar begitu Nalendra menoleh ku lempar dia dengan bantal yang ku bawa. Nalen terkekeh menang biarpun bantal mendarat di wajahnya. Dengan gesit Nalen langsung lari menangkapku. Badan mungilku seperti handuk yg disampirkan di bahunya. Perut ku di pundaknya, kepalaku terbalik, wajahku hanya bisa melihat punggungnya dan jelas saja aku meronta.
"Kamu nyebeliiin.. Turunin aku ga! Turuniiinnn!!" Teriakku memukul-mukul punggung Nalen.
Dengan hati-hati Nalen menurunkanku ke kasur empuk kami. Kedua tanganku dikunci dengan tangannya agar aku tidak melarikan diri, begitu pikirnya.
"Okay, iya nanti kita beli anjing."
"Bener Leenn??" Mataku terbinar langsung bersemangat.
"Iya tapi nanti yaa nunggu.." Tangan Nalen masih mengunci tanganku agar tidak banyak gerak.
"Nunggu apa??" Tanyaku penasaran.
"Nunggu kamu udah ga pengen pelihara anjing lagi heheheeh.."
"NALEEENN!!" Kataku langsung berontak supaya terlepas. Tapi percuma tenagaku hanya sepersepuluh tenaga Nalen.
"Dengerin aku.." Ucap Nalen memandangku sabar masih penuh senyum. "Aku bahkan udah nyuruh kamu nganngep aku ini Bruno. Bruno itu anjing lho sayang hmpf.. Aku harus ngomong apalagi coba biar kamu ngerti? Biar kamu nurut sama suamimu.."
Oke skak mate.. Kalimat terakhir Nalen bikin aku nyerah. Nyerah sambil cemberut.
"Kayak nenek sihir kalau cemberut." Candamu.
"Kamu pelit Len.." Ucapku lirih sambil pasang muka melas.
"Engga yaa.. Aku ga pelit sini aku kasih banyak.." Katamu lalu menciumi pipiku berkali-kali. "Kurang banyak??"
"Tauk ah.." Masih cemberut. "Eh katanya kamu laper??" Tanyaku ingat tadi Nalen mengajak makan malam.
"Iya aku laper. Aku mau makan kamuuuu errr.." Katamu sambil sibuk meraih stop kontak lampu tidur.
*gelap*
*jangan tanya aku kemana*
*aku habis di makan BRUNO*
*good night, my Big Bruno hihi..
-Si cantik Naya-
- (oleh @ukakuiki)